Jakarta (ANTARA) - "Tracing” atau pelacakan pasien COVID-19 beserta mereka yang kontak erat dengan pasien merupakan salah satu upaya yang diperlukan untuk menekan laju penyebaran COVID-19, kata Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Oleh karena itu, Panglima TNI meminta jajaran TNI dan Polri, mulai dari Komandan Distrik Militer (Dandim) sampai Kapolres di daerah Sumatera Barat untuk mengoptimalkan pelaksanaan pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan (3T).

“Salah satu prinsip utama dalam seni berperang adalah mengenali musuh. COVID-19 merupakan musuh yang hingga saat ini pandemi COVID-19 belum berakhir di hampir seluruh belahan dunia,” kata Hadi saat meninjau penanganan COVID-19 di Padang, Sumatera Barat, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dalam kegiatan itu, Hadi Tjahjanto menemui jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sumatera Barat bersama Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo. Panglima dan Kapolri membahas perkembangan penanganan COVID-19 di Sumatera Barat di Kantor Walikota Padang, Jumat.

Baca juga: Kapolri minta Sumbar kuatkan strategi mitigasi pandemi COVID-19
Baca juga: TNI AU kirim bantuan alat kesehatan seberat 1.384 ton ke Sumatera
Baca juga: Panglima TNI bantu Pemprov Babel 100 tabung oksigen


Dalam kesempatan itu, Panglima menyoroti pelaksanaan pelacakan kasus COVID-19 di Solok yang belum optimal. Tracing di Solok, kata Panglima, masih nihil.

“Saya minta agar jajaran TNI dan Polri mengoptimalkan 3T. Info kasus sesegera mungkin guna mencegah semakin buruknya kondisi hingga menekan angka kematian,” kata Panglima TNI.

Presiden RI Joko Widodo meminta seluruh pihak untuk fokus menekan mobilitas warga, meningkatkan testing (pemeriksaan) dan tracing (pelacakan), menyiapkan tempat isolasi terpusat (isoter), dan mempercepat vaksinasi, terang Panglima ke Forkopimda Sumatera Barat.

Hadi juga mengingatkan petugas tracing untuk dapat memberi pemahaman kepada masyarakat pentingnya melaporkan diri jika mereka sempat kontak erat dengan pasien COVID-19.

Pasalnya, pelacakan kontak erat secara aktif merupakan salah satu cara efektif melindungi diri sendiri, nyawa orang lain, serta jadi cara memutus rantai penyebaran COVID-19, tegas Panglima.

Dalam kegiatan itu, Panglima juga berharap masyarakat di Sumatera Barat dapat menerapkan protokol kesehatan sebagai kebiasaan baru dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

“Jadikan kebiasaan baru seperti kebutuhan sehari-hari, seperti menggunakan masker dan jika badan dirasa kurang enak, jangan sungkan melapor ke Puskesmas dan minta di-swab lalu laksanakan isolasi mandiri atau isolasi terpusat,” ujar Panglima.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menyampaikan sarana isolasi saat ini tersedia di tiap kelurahan. Tempat-tempat isolasi itu disiapkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat.

Usai membahas penanganan COVID-19 di Sumatera Barat, Panglima bersama Kapolri juga meninjau kesiapan aplikasi Silacak yang digunakan oleh para pelacak (tracer).

Di Sumatera Barat, Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Bhabinkamtibmas dikerahkan untuk bertugas sebagai tracer COVID-19.

Panglima bertanya langsung ke para tracer mengenai masalah yang dihadapi saat melacak pasien COVID-19 beserta para kontak erat.

“Setiap permasalahan yang ada di lapangan, kami berusaha selesaikan dengan baik serta bersinergi dengan empat pilar,” kata Bhabinkamtibmas Aiptu Nofri menjawab pertanyaan Panglima.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021