Batam (ANTARA) - "Kirain PPKM itu apa, ternyata kepanjangan dari Pandai-pandai Kau Mutar," demikian status WA seorang warga pada hari pertama penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Kota Batam.

Pemerintah bersama aparat keamanan menutup sejumlah ruas jalan. Petugas membangun posko di lokasi penyekatan.

Mereka menanyai kepentingan warga yang hendak lalu. Apabila urusannya dinilai tidak esensial, maka disuruh putar balik, kembali ke kediaman masing-masing.

Karena memang itulah tujuan pemberlakuan PPKM. Agar masyarakat mengurangi mobilitas dan menjauhi kerumunan, demi mengurangi potensi paparan Virus Corona.

Saat pertama kali diberlakukan, 12 Juli 2021, situasi penyebaran COVID-19 di Batam relatif gawat. Sebanyak 2.789 orang warganya menderita COVID-19 aktif.

Angka penularan mencapai 374 orang, pada hari itu saja. Penyebaran virus, bahkan sudah sampai ke pulau-pulau penyangga.

Karenanya tidak salah, apabila pemerintah memberlakukan PPKM Darurat di kota yang digadang-gadang sebagai lokomotif ekonomi Indonesia.

Baca juga: Wakil Wali Kota sebut pengendalian COVID-19 di Batam membaik

Baca juga: Angka penularan COVID-19 di Batam mulai melandai
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mencuci tangan, sebelum meninjau Kawasan Wisata Nongsa, Kota Batam. ANTARA/Naim/am.


Harapan perbatasan

Sejatinya, pemerintah memang berharap banyak pada Batam untuk segera pulih dari COVID-19 dan menggenjot angka kunjungan wisata dan investasi.

Bukan harapan kosong. Karena sejak Desember 2020, angka penularan COVID-19 di Batam sudah melandai, saat daerah lain di Indonesia masih bergejolak.

Sepanjang Desember, angka penularan COVID-19 mencapai 878 orang, dan terus menurun pada bulan-bulan berikutnya. Bahkan pada Maret 2021, angka penularan hanya 273 orang dalam sebulan.

Capaian ini bukan sekedar takdir. Namun, memang diupayakan warga setempat, pemerintah dan pebisnis.

Bagaimana pun pandemi telah memukul ekonomi setempat. Dan inilah yang memicu warga Batam untuk patuh pada protokol kesehatan.

Mereka saling mengingatkan satu sama lain, agar terhindar dari virus. Mereka sadar, cara untuk memulihkan ekonomi adalah bahu-membahu melawan COVID-19.

Penurunan angka penularan COVID-19 di Batam menjadi kabar gembira bagi banyak pihak.

Negara jiran, Singapura pun menyambutnya dengan baik. Bagaimana pun hubungan Batam dan Singapura erat, secara sosial dan ekonomi.

Banyak investasi warga Singapura yang berlokasi di Batam. Berderet pabrik di Batam yang memiliki kantor pusat di Singapura. Berpuluh ribu warga Singapura berkunjung ke Batam tiap bulannya. Begitulah gambaran kedekatan Batam dengan Singapura.

Sejak perbatasan ditutup akibat pandemi COVID-19, mobilitas warga antarnegara nyaris terputus.

Maka tidak heran, angka penularan COVID-19 di Batam yang mulai melandai kala itu menjadi kabar baik bagi dua negara.

Awalnya, kedua negara menyepakati perjanjian koridor perjalanan yang aman, khusus untuk beberapa sektor, yaitu bisnis, urusan kedinasan dan diplomatik.

Dan kemudian, kedua negara membicarakan pembicaraan kemungkinan pembukaan pembatasan secara terbatas, menggunakan gelembung perjalanan, khusus ke daerah wisata.

Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau Buralimar sempat menyatakan, travel bubble akan dimulai pada 7 Mei 2021, khusus untuk Singapura dengan Nongsa di Batam, dan Singapura dengan Lagoi di Bintan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno bahkan berulang kali datang ke Batam untuk memastikan kesiapan kota itu dibuka untuk Singapura.

Tapi, ternyata pandemi mengamuk. Angka penularan COVID-19 meningkat. Varian virus baru dituding menjadi biang kerok. Rencana travel bubble diundur, entah sampai kapan.

Baca juga: Wali Kota Batam targetkan akhir Agustus penularan COVID-19 melandai

Baca juga: Dirawat di Batam, kondisi Bupati Anambas yang terpapar covid stabil

 
Anggota TNI menyuntikan vaksin COVID-19 kepada warga Kota Batam Kepulauan Riau. ANTARA/Naim/am.


Kembali melonjak

Sebagai kota yang berbatasan laut dengan Singapura dan Malaysia, Batam memang menjadi daerah transit bagi pekerja migran Indonesia (PMI) yang hendak pulang ke daerah masing-masing.

Jelang Ramadhan, gelombang PMI yang pulang ke Tanah Air melalui Batam meningkat tajam. Dalam sehari, ratusan PMI dari Malaysia datang ke Batam.

Mulai saat itu juga, angka penularan COVID-19 di Batam meningkat tajam. Apabila pada Maret 2021, jumlah warga yang terpapar sebanyak 273 orang. Maka pada April 2021, jumlahnya berlipat menjadi 1.103 orang, dan terus meningkat pada Mei menjadi 1.988 orang.

Wali Kota Batam Muhammad Rudi menyatakan pihaknya tidak memiliki pilihan lain selain menerima dan melayani PMI yang transit di Batam. Bagaimana pun, mereka adalah saudara se-Tanah Air. Rasa kebangsaan yang harus didahulukan.

Pemerintah menyiapkan sejumlah rumah susun sebagai lokasi karantina PMI yang baru tiba dari Malaysia sebagai antisipasi penyebaran COVID-19.

Hingga puncak penularan terjadi Juni 2021, sebanyak 4.342 orang warga terpapar dalam sebulan. Angka kematian pun meningkat.

Sebagai daerah yang diharapkan jadi lokomotif ekonomi Indonesia, pemerintah pusat memberikan perhatian lebih pada kondisi Batam. Apalagi kota itu direncanakan sebagai daerah tujuan pembukaan perbatasan secara terbatas dengan Singapura.

Pemerintah pusat memutuskan untuk mengutamakan pemberian vaksin di Batam. Bahkan pemerintah memberikan target besar, 70 persen warga sasaran vaksinasi pada akhir Juli 2021.

Kebijakan PPKM Darurat pun diberlakukan mulai 12 Juli 2021, dan diperpanjang dengan PPKM level 4.

Sejatinya, kebijakan PPKM tidak populis di tengah ekonomi yang merosot. Namun, Wali Kota dan Wakil Wali Kota bersama Kapolres dan Dandim terus mensosialisasikan kebijakan itu kepada masyarakat. PPKM adalah alat perang bersama melawan COVID-19.

Perlawanan tidak bisa dilaksanakan sendiri, namun harus didukung dan dijalankan semua pihak.

Warga relatif patuh. Berdiam diri di rumah, saling menjaga jarak satu sama lain agar penularan COVID-19 menurun.

Begitu pun dengan kebijakan vaksinasi, warga Batam antusias meningkatkan imun tubuh. Pemerintah dibantu forkopinda pun membuka sentra vaksinasi. Bahkan, angka vaksinasi di Batam termasuk yang tertinggi.

Pada 19 Juli 2021, sepekan setelah PPKM diterapkan, angka penularan COVID-19 di Batam makin melonjak. Bahkan, pada hari itu, sebanyak 3.300 warganya sedang dirawat karena aktif COVID-19. Jumlah penularannya mencapai 373 orang dalam sehari.

Menurut Wali Kota, hal itu disebabkan keterlambatan hasil pemeriksaan tes usap PCR, sisa-sisa sebelum PPKM diberlakukan.

Wali Kota optimistis PPKM akan membuahkan hal yang baik.

Angka penularan COVID-19 mulai melandai pada pekan kedua penerapan PPKM. Pada 26 Juli 2021, sebanyak 2.999 warga dirawat karena aktif COVID-19, dan penularan per hari itu sebanyak 253 orang.

Kondisi itu terus membaik hingga sekitar sebulan setelah kebijakan PPKM diberlakukan. Angka penularan menurun, seiring warga yang sembuh melonjak.

Pada 10 Agustus 2021, warga yang dirawat karena COVID-19 tinggal 1.659 orang, dengan angka penularan pada hari itu sebanyak 95 orang.

"Semua ini tercapai karena kesadaran kita semua. TNI Polri, pemerintah dan masyarakat semua bersatu padu, petugas PPKM juga sudah bekerja walau memang perlu ada penguatan supaya kerja optimal lagi," kata Wakil Wali Kota Amsakar Achmad.

Dengan penurunan jumlah penularan dan warga yang terpapar, maka pemerintah menurunkan kebijakan, dari PPKM level 4 menjadi level 3.

Beberapa kelonggaran pun diberlakukan, termasuk pembukaan kembali mal dan belajar mengajar diizinkan tatap muka terbatas.

Meski begitu, warga diingatkan agar tidak lengah, karena perjuangan melawan COVID-19 belum usai.

Ia meminta warga tetap mematuhi protokol kesehatan dengan ketat, agar angka penularan tidak kembali meningkat.

Kuncinya satu, kesadaran bersama. Hal itu terbukti ampuh, sementara protokol kesehatan harus tetap diterapkan hingga COVID-19 benar-benar enyah.*

Baca juga: Angka warga terpapar COVID-19 di Batam mulai turun

Baca juga: Tingkat kematian akibat COVID-19 di Batam 2,614 persen

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021