Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menyatakan bahwa kerusakan lahan gambut di Indonesia utamanya disebabkan oleh pengurangan tutupan lahan akibat kebakaran atau konversi lahan, pembuatan kanal, dan tereksposnya sedimen berpirit di bawah lapisan gambut.

"Untuk gambut lindung kerusakannya karena ada pengurangan tutupan lahan, terdapat drainase buatan, dan tereksposnya sedimen berpirit," kata Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi BRGM Agus Yasin dalam diskusi virtual yang dipantau dari Jakarta pada Senin.

Pada lahan gambut budidaya, ia menjelaskan, kerusakan terjadi ketika muka air tanah lebih dari 0,4 meter dari titik penataan dan sedimen berpirit--mineral disulfida besi--terekspos.

Menurut dia, penyebab kerusakan lahan gambut budidaya selain pengurangan lahan yang terjadi akibat kebakaran atau konversi lahan juga pembuatan drainase atau kanal.

Hasil analisis BRGM menunjukkan, sebanyak 178 dari 408 kesatuan hidrologis gambut (KHG) yang dikaji sudah memiliki kanal. Total panjang 178 kesatuan hidrologis gambut yang sudah memiliki kanal mencapai 239.803,38 kilometer atau sekitar enam kali panjang keliling Bumi.

"Kanal-kanal yang dibuat di lahan gambut ini pada akhirnya membuat muka air tanahnya berkurang. Inilah kenapa indikator kerusakan ekosistem gambut itu salah satunya dari muka air tanah juga," kata Agus.

Dia menambahkan, kalau tinggi muka air kanal bisa dijaga maka kelembapan gambut akan terjaga dan kebakaran lahan bisa dicegah.

BRGM berupaya merestorasi lahan gambut yang rusak antara lain dengan melakukan pembasahan kembali dan penanaman kembali (revegetasi). 

Selain itu, BGRM menjalankan program revitalisasi untuk mendukung kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal.

Baca juga:
Lahan gambut Rimbo Panjang-Riau terbakar
KLHK klaim telah merestorasi 3,2 juta hektare lahan gambut

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021