Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan, Gunung Merapi mengalami 151 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Selasa (27/7) mulai pukul 00.00-24.00 WIB.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Rabu, menyebutkan selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat 242 kali gempa hybrid atau fase banyak, 20 kali gempa hembusan, satu kali gempa tektonik, dan 59 kali gempa vulkanik dangkal.

Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas tipis dengan ketinggian 50 meter di atas puncak.

Pada periode pengamatan itu, tercatat tujuh kali guguran lava keluar dari gunung itu dengan jarak luncur maksimum 1.200 meter ke arah tenggara, 15 kali ke barat daya sejauh 2.000 meter, serta satu kali ke barat laut sejauh 500 meter.

Baca juga: Titik api terpantau di lereng barat daya Gunung Merapi Laju deformasi Gunung Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 11,4 cm per hari (dalam tiga hari).

Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level III atau siaga.

Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan bisa berdampak ke wilayah sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Saat terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi diperkirakan dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.

Baca juga: Guguran lava pijar meluncur 15 kali dari Gunung Merapi

   

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021