Bandung (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung sejak tahun 2020 lalu berdampak kepada ekonomi masyarakat di Indonesia, tak terkecuali di Kota Bandung yang kini menjadi episentrum COVID-19 di wilayah Bandung Raya.

Dampak tersebut membuat pemerintah, pebisnis, maupun masyarakat harus putar otak untuk membuat hidup terus berjalan di tengah berbagai keterbatasan karena adanya pembatasan sesuai arahan protokol kesehatan saat pandemi.

Kini berbagai bantuan atau dana stimulus yang dikucurkan pemerintah masih dirasa belum sepenuhnya mampu menutupi kekurangan masyarakat yang mengalami kesulitan dalam hal kesejahteraan.

Pasalnya pada tahun 2020 pun jumlah penduduk miskin di Kota Bandung bertambah menjadi 100 ribu lebih. Padahal sebelumnya pada tahun 2019, jumlah penduduk miskin di Kota Bandung berada di angka 84 ribu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Belum lagi pemutusan hak kerja (PHK) yang dilakukan oleh berbagai perusahaan juga masih belum berhenti di tahun 2021. Sehingga angka kemiskinan di Kota Bandung masih berpotensi mengalami pertambahan setiap detiknya.

Untuk itu, budaya gotong royong atau berbagi kepada sesama menjadi salah satu upaya yang perlu ditularkan dan dimasifkan agar kebutuhan masyarakat dapat terjamin.

Baca juga: KSP : Pasokan oksigen di Kabupaten Bandung masih kurang

Program Bandung Berbagi

Saat diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menghitung sebanyak 60 ribu kepala keluarga belum terdata dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) yang belum terjamah oleh bantuan sosial apapun dari pemerintah.

Untuk menyelamatkan mereka, Pemkot Bandung lantas menyalurkan bantuan sosial tunai sebesar Rp500 ribu yang bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Bantuan itu, rencananya ditargetkan untuk memulihkan ekonomi masyarakat akibat PPKM Darurat hingga 20 Juli 2021. Namun, kini PPKM diperpanjang hingga awal Agustus 2021, sehingga bantuan itu dirasa belum sepenuhnya bisa memulihkan ekonomi masyarakat.

Atas dasar itulah program Bandung Berbagi digagas oleh Pemkot Bandung untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pokok yakni pangan.

Ketua Bandung Economic Empowerment Center (BEEC) Ujang Koswara mengatakan program tersebut sebetulnya bukanlah program penyaluran bantuan, melainkan program untuk menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat kepada sesama.

Karena adanya penyaluran bantuan hanya bersifat pemulihan sementara dengan situasi PPKM yang diperpanjang ini. Sedangkan rasa kepedulian kepada sesama yang terus tumbuh dapat terus berjalan, bahkan hingga pandemi telah tiada.

"Yang penting target utamanya adalah mengantisipasi apabila ada keresahan sosial, karena mobilitas masyarakat dibatasi dan susah mencari pendapatan, selain itu karena banyak masyarakat yang baru di-PHK, dirumahkan, makan harus dipenuhi dulu, kebutuhan perutnya," kata Ujang di Bandung, Jawa Barat, Selasa.

Dia menjelaskan, program Bandung Berbagi itu diawali dengan adanya dana stimulus. Dana tersebut lalu digunakan untuk membuat ribuan paket makanan untuk wilayah-wilayah tertentu.

Bantuan paket makanan itu perlu disalurkan ke wilayah yang sudah terlebih dahulu melakukan program berbagi secara swadaya.

Di Kota Bandung sendiri baru enam kelurahan yang melakukan program berbagi yang diinisiasi oleh warganya sendiri. Sehingga dengan adanya program Bandung Berbagi itu, apa yang sudah dilakukan warga akan berjalan lebih kuat dan warga pun bisa menularkan sifat tersebut.

"Diharapkan wilayah lain juga bisa terinspirasi, sehingga targetnya adalah bergeraknya masyarakat untuk berpartisipasi, saling gotong royong tolong sesama saat pandemi COVID-19 ini," kata Ujang.

Adapun teknisnya program Bandung Berbagi itu mengumpulkan paket makanan yang berasal dari swadaya sumbangan masyarakat yang lebih mampu. Kemudian paket makanan itu dikumpulkan di suatu posko dan dapat diambil oleh warga lainnya.

"Ternyata besoknya timbul kesadaran dari masyarakat, mereka swadaya sendiri, misalnya yang biasa masak empat porsi jadi lima porsi atau lebih, empat buat kebutuhan rumah dan dua untuk di posko Bandung Berbagi," kata dia.

Baca juga: Kasus aktif COVID-19 Kota Bandung tembus angka 8.000 orang

Wadah untuk berbagi

Sebagai kota padat penduduk, tidak sedikit warga Kota Bandung yang tak mengalami dampak ekonomi akibat adanya PPKM. Terkadang warga itu pun ada di tengah warga lainnya yang mengalami ketidakberuntungan saat pandemi.

Namun, warga yang memiliki kecukupan ekonomi tersebut bukan berarti tidak peduli terhadap sesamanya. Namun, sifat berbagi itu perlu distimulus dan diberi wadah.

Ketua Paguyuban Camat Kota Bandung Firman Nugraha menilai saat ini masih banyak warga yang memiliki rasa malu apabila hanya membantu dengan sedikit paket makanan. Namun, apabila ada wadah untuk berbagi, Firman yakin warga akan lebih leluasa dalam berbagi kepada sesama.

"Karena di lapangan bukan masyarakat tidak mau berbagi ke lingkungan, tapi tidak ada yang memfasilitasi, dan tidak ada yang mengingatkan," kata Firman.

Program Bandung Berbagi juga berfungsi untuk mengetuk hati para warga yang memiliki ekonomi berkecukupan untuk saling berbagi kepada sesamanya meskipun tidak banyak.

"Kalau kondisi biasa tanpa difasilitasi mungkin akan malu, dan tidak berani hanya memberi dua paket makanan, misalnya. Tapi, kalau dengan Bandung Berbagi ini, orang akan terpancing dan berbagi untuk menyisihkan paket makanan untuk dititipkan kepada panitia Bandung Berbagi," kata dia.

Baca juga: TNI AU operasikan Pazam untuk penuhi kebutuhan oksigen di Bandung

Garda terdepan

Di samping berbagi kepada warga, masyarakat juga perlu menaruh perhatian kepada para tenaga kesehatan yang harus melakukan isolasi mandiri karena turut terpapar COVID-19.

Aksi kepedulian kepada para tenaga kesehatan itu salah satunya dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan Polrestabes Bandung yang menyalurkan puluhan paket sembako kepada para tenaga kesehatan yang tengah menjalani isolasi mandiri.

Perwakilan Pokja Wartawan Polrestabes Bandung Remy mengatakan puluhan paket sembako itu diharapkan bisa meringankan beban para tenaga kesehatan saat menjalani isolasi mandiri.

Karena setelah kembali pulih, menurutnya mereka harus kembali bergelut dengan COVID-19 sebagai garda terdepan penanganan pandemi.

"Tenaga kesehatan ini garda terdepan dalam penanganan COVID-19 ini, jadi kita selayaknya ingin meringankan beban mereka," kata Remy.

Adapun saat ini ada sebanyak 28 tenaga kesehatan yang menjalani isolasi mandiri di salah satu hotel di kawasan Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat.

Tenaga kesehatan yang diisolasi itu berasal dari berbagai rumah sakit di Kota Bandung, seperti Rumah Sakit Hasan Sadikin, RS Borromeus, RS Hermina, dan sejumlah puskesmas lainnya.

Para tenaga kesehatan yang menjalani isolasi mandiri itu pun dirawat oleh para tenaga kesehatan lainnya. Para perawat itu pun juga mendapat paket sembako yang sama dengan yang sedang menjalani isolasi.

Salah satu perwakilan perawat, Aris Mustopa mengatakan selain kebutuhan medis, kebutuhan pokok pun diperlukan para tenaga kesehatan saat menjalani isolasi.

Di sina juga ada masyarakat umum yang diisolasi, banyaknya yang tidak bergejala. Alhamdulillah kondisinya semakin membaik.*

Baca juga: Kasus aktif COVID-19 Bandung meningkat 2 hari terakhir

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021