Dari sisi suplai, pertumbuhan kredit yang mulai positif tersebut didorong oleh mulai melonggarnya index of lending standard (ILS)
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2021 berkisar 4-6 persen lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yakni 5-7 persen, sehingga fungsi intermediasi perbankan masih perlu ditingkatkan.

"BI terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan kredit kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas, termasuk UMKM," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Juli 2021 di Jakarta, Kamis.

Sementara itu, pertumbuhan kredit diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada triwulan III-2021, sejalan dengan menurunnya kegiatan ekonomi karena pembatasan mobilitas akibat COVID-19, dan kembali meningkat pada triwulan IV-2021.

Perry menjelaskan, intermediasi perbankan masih belum kuat saat ini meski sudah tumbuh positif, yaitu sebesar 0,59 persen pada Juni 2021 yang didorong oleh mulai membaiknya permintaan kredit, seiring dengan berlanjutnya pemulihan kinerja dan aktivitas korporasi, rumah tangga dan UMKM.

"Dari sisi suplai, pertumbuhan kredit yang mulai positif tersebut didorong oleh mulai melonggarnya index of lending standard (ILS)," ucap dia.

Kendati demikian, ketahanan sistem keuangan masih tetap terjaga yang tercermin dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan Mei 2021 tetap tinggi yakni sebesar 24,28 persen dan rasio kredit bermasalah alias Non Performing Loan (NPL) tetap terjaga, yakni 3,35 persen (bruto) dan 1,1 persen (neto).

Di sisi lain, kondisi likuiditas perbankan juga sangat longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 32,95 persen dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,28 persen.

Menurut dia, likuiditas perbankan yang sangat longgar tersebut didukung penambahan likuiditas bank sentral sebesar Rp101,1 triliun sejak 1 Januari hingga 19 Juli 2021.

"Ke depan, membaiknya aktivitas kredit diharapkan dapat lebih meningkatkan peran ekspansi likuiditas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kecepatan perputaran uang di ekonomi," ujar Perry.
Baca juga: Survei BI: Penyaluran kredit baru triwulan II tumbuh positif
Baca juga: OJK: Penurunan suku bunga belum pengaruhi permintaan kredit

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria/Royke Sinaga
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021