Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil mengatakan bahwa angka kasus kematian akibat COVID-19 di wilayah Jawa Barat sudah menurun.

Menurut dia, pada 11 Juli 2021 jumlah pasien COVID-19 yang meninggal dunia di wilayah Jawa Barat mencapai 269 orang namun pada 21 Juli 2021 jumlahnya sudah turun menjadi 80an orang atau sekitar 1,4 persen dari total kasus COVID-19 aktif.

"Fatality rate atau angka kematian akibat COVID-19 di Jabar 1,41 persen. Puncaknya di 11 Juli ada 269 laporan, kemarin jadi 80-an dan dua hari lalu di angka 70-an," kata Gubernur sebagaimana dikutip dalam siaran pers pemerintah provinsi di Kota Bandung, Kamis.

"Mayoritas komorbidnya hipertensi, diabetes, dan jantung," ia menambahkan.

Gubernur meminta bantuan obat-obatan dari Kementerian Kesehatan untuk menekan kasus kematian penderita COVID-19.

"Mohon dibantu oleh Kemenkes, treatment atau obat-obatannya untuk tiga penyakit itu," katanya.

Gubernur juga mengemukakan bahwa tingkat kematian pasien COVID-19 berhubungan dengan cakupan vaksinasi.

Menurut dia, angka kasus kematian penderita COVID-19 di Kota Bandung dan Kota Cirebon tergolong rendah karena cakupan vaksinasinya sudah tinggi.

"Kesimpulannya, dengan vaksinasi yang maksimal ternyata tingkat kematiannya juga rendah, di bawah satu persen," katanya.

Di daerah-daerah yang cakupan vaksinasinya masih rendah seperti Kota Banjar, Kabupaten Karawang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut, ia melanjutkan, angka kasus kematian pasien COVID-19 tergolong tinggi.

​​​​​​"Kami juga akan fokus meningkatkan vaksinasi di daerah itu," katanya.

"Kata Pak Menkes bulan depan jutaan dosis (vaksin) akan dikirim ke Jabar, itu akan meng-cover daerah yang rendah vaksinasinya," ia menambahkan.

Gubernur mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya menekan angka kasus kematian akibat COVID-19 hingga nihil.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyediakan layanan konsultasi dari jarak jauh dan bantuan obat gratis bagi penderita COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri untuk menurunkan angka fatalitas akibat COVID-19. Layanan telekonsultasi sudah menjangkau 40.000 pasien yang menjalani isolasi mandiri.

"Mayoritas sudah bisa tertangani, apalagi didukung bantuan obat dari pusat," kata Gubernur.

Masalah penyediaan oksigen bagi pasien yang menjalani isolasi mandiri, menurut dia, sekarang juga sudah teratasi. 

"70 persen oksigen kami alokasikan untuk rumah sakit dan 30 persen untuk yang isoman," katanya mengenai distribusi oksigen untuk penanganan pasien COVID-19.

Keterisian Rumah Sakit

Gubernur menjelaskan, setelah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tingkat keterisian tempat tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR) di rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 di wilayah Jawa Barat juga menurun.

BOR rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 di Jawa Barat yang sempat mencapai 90,69 persen pada 4 Juli 2021 menurut data pemerintah provinsi sudah turun menjadi 77,04 persen pada 20 Juli 2021.

"Laporan kemarin 77,04 persen atau turun 13 persen," kata Ridwan Kamil.

Ia menjelaskan, BOR rumah sakit di wilayah Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek) masih di atas 80 persen, berbanding lurus dengan angka kasus COVID-19.

Sedangkan di wilayah Priangan Timur yang mencakup wilayah Ciamis, Garut, dan Tasikmalaya, BOR rumah sakit rata-rata sudah di angka 50 persen.

"Setelah kita cek per wilayah itu masih tinggi di Bodebek 80-an persen, tapi di daerah Priangan Timur rata-rata sudah 50 persen, jadi kami akan beri perhatian terhadap zona Bodebek," kata Gubernur.

Baca juga:
BOR rumah sakit rujukan di Jawa Barat turun jadi 79 persen
Gubernur Jawa Barat minta daerah bentuk posko distribusi oksigen

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021