Tak akan ada dampak langsung terhadap negosiasi (Indonesia-EU CEPA), karena keberlanjutan telah berada dalam inti negosiasi CEPA
Jakarta (ANTARA) - Uni Eropa memastikan bahwa perubahan kebijakan lingkungan melalui paket proposal ‘Fit for 55’ tidak akan membawa dampak pada proses negosiasi Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia-EU CEPA).

Pernyataan tersebut dikatakan oleh Kepala Bagian Perdagangan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Marika Jakas, dalam pengarahan pers yang digelar dari Jakarta, Rabu.

“Tak akan ada dampak langsung terhadap negosiasi (Indonesia-EU CEPA), karena keberlanjutan telah berada dalam inti negosiasi CEPA,” jelas Marika.

Menurutnya, terdapat bagian dalam negosiasi CEPA yang mencakup pembangunan berkelanjutan, sehingga perombakan kebijakan lingkungan EU melalui ‘Fit for 55’ tak akan berdampak pada negosiasi itu.

Baca juga: EU luncurkan 'Fit for 55', Eropa menuju netral iklim 2050
 

“Kita akan tetap pada posisi awal negosiasi, dan kami berharap agar dapat segera menyelesaikan ini secepatnya saat pandemi berakhir,” tambahnya.

Dia menjelaskan bahwa putaran ke-11 negosiasi kesepakatan tersebut seharusnya berlangsung pada bulan Juli ini, namun kegiatan tersebut ditunda mengingat kondisi pandemi di Indonesia dan terdapat sejumlah negosiator Indonesia yang terdampak.

Seperti diberitakan sebelumnya, Uni Eropa, melalui kedutaan besar di Jakarta, memperkenalkan paket proposal 'Fit for 55’ di bawah Kesepakatan Hijau Eropa yang menargetkan benua tersebut menjadi kawasan yang netral iklim pada tahun 2050.

“(Fit for 55) mencakup iklim, energi, penggunaan lahan, transportasi, perpajakan, semua elemen yang berkontribusi terhadap tujuan fundamental EU untuk memotong emisi gas rumah kaca, pertama sebanyak 55 persen pada tahun 2030, dibandingkan dengan level pada tahun 1990, dan tujuan dengan jangka yang lebih panjang untuk merealisasikan emisi bersih nol (net zero emission) pada 2050,” kata Duta Besar EU untuk Indonesia, Vincent Piket.

Jika tujuan tersebut tercapai, maka Eropa akan menjadi benua netral iklim pertama di dunia.


Baca juga: Imigrasi Malaysia tambah 28 konter rekalibrasi pulang di bandara

Baca juga: Rusia, Myanmar kerja sama dalam pasokan peralatan militer


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021