Yerusalem (ANTARA) - Israel tahun ini akan menggandakan pasokan airnya ke Yordania dan mendorong Amman untuk mengekspor lebih banyak ke Palestina, kata para pejabat Israel, Kamis (8/7).

Seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa, sebelumnya pada Kamis, perdana menteri Israel yang baru, Naftali Bennett, diam-diam bertemu dengan Raja Yordania Abdullah.

Yordania adalah mitra keamanan utama bagi Israel tetapi hubungan telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir terkait ketegangan Israel-Palestina.

Yair Lapid, menteri luar negeri dalam koalisi lintas partai Israel yang menggulingkan pemerintah konservatif Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebulan lalu, mengadakan pertemuan pertama dengan mitranya, Menlu Yordania Ayman Safadi pada Kamis.

Secara terpisah, sebuah sumber yang menolak disebutkan nama maupun kebangsaannya mengatakan pengganti Netanyahu, Perdana Menteri Naftali Bennett, melakukan kunjungan mendadak ke Amman pekan lalu untuk menemui Raja Abdullah.

Juru bicara Israel dan Yordania belum menanggapi permintaan komentar tentang apa yang digambarkan sumber itu sebagai pembicaraan 29 Juni di istana Abdullah, yang dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan yang tegang selama masa jabatan Netanyahu.

Sebuah pernyataan istana pada 1 Juli menyebutkan bahwa Abdullah telah memulai kunjungan tiga minggu ke Amerika Serikat. Kunjungan itu disebutkan akan mencakup pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden --pertemuan pertama Biden dengan seorang pemimpin Arab di Gedung Putih sejak ia mulai menjabat.

Biden akan menjamu Abdullah di Gedung Putih pada pada 19 Juli, Gedung Putih mengatakan pad Rabu (7/7). Kantor presiden AS itu menambahkan bahwa pembicaraan tersegut akan menjadi "kesempatan untuk ... menunjukkan peran kepemimpinan Yordania dalam memajukan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu".

Lapid mengatakan Israel akan menjual 50 juta meter kubik air kepada Yordania tahun ini.

Seorang pejabat Israel mengatakan penjualan itu akan secara efektif menggandakan pasokan untuk tahun ini --dari Mei 2021 hingga Mei 202- - karena sekitar 50 juta meter kubik sudah dijual atau diberikan ke negara tetangganya itu.

Seorang pejabat Yordania mengatakan Israel memberi kerajaan tersebut 30 juta meter kubik per tahun di bawah perjanjian perdamaian 1994.

Lapid mengatakan kedua pihak juga sepakat untuk mengeksplorasi peningkatan ekspor Yordania ke Tepi Barat menjadi 700 juta dolar AS atau sekitar Rp10 triliun per tahun, dari160 juta dolar atau sekitar Rp2,3 triliun saat ini.

"Kerajaan Yordania adalah tetangga dan mitra yang penting," kata Lapid dalam pernyataan.

"Kami akan memperluas kerja sama ekonomi untuk kebaikan kedua negara."

Abdullah sangat menentang rencana perdamaian Timur Tengah versi mantan Presiden AS Donald Trump, yang ia lihat sebagai ancaman keamanan nasional serta akan merusak pemeliharaan tempat-tempat suci kerajaan keluarga Hashemite di Yerusalem.

Para pejabat mengatakan pergeseran kebijakan AS di bawah Biden, menuju komitmen yang lebih tradisional bagi solusi dua negara pada konflik Arab-Israel, telah mengurangi tekanan di Yordania, negara yang mayoritas penduduknya -- sebanyak 10 juta-- adalah orang Palestina.
 
Sumber: Reuters

Baca juga: Yordania kecam pelanggaran Israel di Masjid Al-Aqsa

Baca juga: Yordania kutuk rencana permukiman baru Israel di Tepi Barat


 

Pesawat tempur Israel serang pos militer Hamas di Gaza

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021