Jakarta (ANTARA) - Pakar yang juga dosen di Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang Mochammad Rusli mengatakan kereta berkecepatan tinggi di Indonesia membutuhkan pengontrol perekat antislip yang menyesuaikan dengan kondisi di Tanah Air.

"Sistem propulsi kereta berkecepatan tinggi di Indonesia sangat membutuhkan pengontrol perekat antislip yang cukup baik," kata Rusli, dalam webinar dengan tema "Propulsion System for High Speed Train" yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Rusli menuturkan Indonesia merupakan negara dengan curah hujan yang tinggi. Tingkat debu di udara dan tingkat kelembapan yang relatif tinggi dapat menimbulkan fenomena slip antara roda dan rel semakin besar.

"Ini dapat menyebabkan penurunan koefisien gesekan antara roda kereta api dan rel," tuturnya.

Menurut Rusli, fenomena semacam itu dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi penumpang kereta api dan mempercepat keausan rel dan roda kereta api.

Oleh karenanya, perlu pengontrol perekat antislip pada sistem propulsi kereta cepat sesuai dengan kebutuhan Indonesia.

Rusli mengatakan fenomena slip disebabkan oleh penurunan gaya tangensial kereta api. Gaya tangensial sangat dipengaruhi oleh koefisien gesekan tangensial antara roda dan rel.

Baca juga: Bangun laboratorium propulsi kembangkan kereta cepat sebut BPPT

Faktor itu, kata dia, sangat dipengaruhi oleh tingkat kebasahan dan debu serta oli di dalam rel.

Baca juga: BPPT upayakan penguasaan sistem propulsi kereta cepat

Rusli mengatakan penggunaan algoritma slip terbukti dapat mengurangi efek slip, namun getaran bogi kereta cepat telah mempengaruhi estimasi koefisien gesekan gaya, sehingga dapat menyebabkan nilai faktor antislip tidak sesuai dengan kenyataan dan fluktuasi parameter sistem gerak juga mempengaruhi hasil estimasi.

Baca juga: BPPT: Kereta cepat fokus desain hemat energi, kenyamanan dan kesehatan

Oleh sebab itu, kereta cepat di Indonesia memerlukan modifikasi kontrol perekat (re-adhesive control) oleh pengamat gangguan dengan mempertimbangkan getaran bogi.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021