Saat ini jumlah karyawan ada 20, sedangkan reseller ada 100 sekian di seluruh Indonesia,
Bandung (ANTARA) - Sebuah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memproduksi alas kaki seperti sandal dan sepatu bernama Alope yang resmi didirikan saat pandemi COVID-19 melanda (tepatnya pada pertengahan 2020) berhasil meraup omzet hingga Rp500 juta per bulan.

"Alope yang resmi didirikan pertengahan 2020 sebenarnya sudah saya geluti sejak 2018 saat sistem cash on delivery atau COD mulai marak," kata Owner Alope, Muhammad Firman Faiki (20) dalam sebuah seminar daring bertema brand lokal, Jumat,

Firman mengatakan saat ini brandnya hanya untuk produk alas kaki pria saja.

Baca juga: Sistem "dropship" mudahkan usahawan pemula berbisnis online

Dia menjelaskan nama Alope diambil dari nama seorang Dewa Yunani yang digambarkan sebagai pembawa kesuburan dengan harapan brandnya tersebut dapat terus tumbuh subur dalam kesuksesan.

Alope konsisten mengeluarkan produk dengan desain baru setiap bulan dengan omzet per bulan mencapai Rp350 juta sampai Rp500 juta.

Produk-produknya merupakan hasil produksi sendiri yang dikerjakan 20 karyawan. "Saat ini jumlah karyawan ada 20, sedangkan reseller ada 100 sekian di seluruh Indonesia," katanya.

Ada pula dropshipper dan distributor yang membeli barang dalam jumlah besar.

Sandal pria menjadi produk yang selalu best seller, yang diproduksi sebanyak 10.000 pasang per bulan.

Brand alas kaki asal Mojokerto, Jawa Timur, ini juga mampu memproduksi hingga 5.000 pasang sepatu per bulan.

Baca juga: Peruri bantu UMKM kenalkan digitalisasi dan literasi keuangan

Keunggulan alas kaki Alope, kata Firman, terletak di kualitas dan modelnya yang simpel dan elegan.

Sandal Alope dikenal dengan kombinasi warna yang unik, yang membuat produknya selalu diburu pelanggan.

Berbicara soal kualitas, Firman mengatakan alas kaki Alope menggunakan bahan kulit dan sol Thermoplastic rubber (TPR).

Menurut dia jenis sol ini mampu mengatasi slip di jalanan licin, juga empuk dan nyaman dipakai.

"Kami dapat dari impor dan lokal. Kadang kalau impor lagi susah, kami pakai yang lokal. Impor biasanya dari China," katanya.

Harga yang ditawarkan mulai dari Rp40.000 hingga Rp55.000 untuk sandal, sementara harga sepatu berkisar di Rp70.000 hingga Rp85.000.

Firman menuturkan dalam jangka panjang Alope berencana memproduksi tas dan jam tangan dan modelnya masih dikhususkan untuk pria.

Menurutnya, Alope sempat terkena dampak pandemi dengan menurunnya penjualan. Saat itu, ia bahkan harus memotong gaji karyawan meski tidak ada yang dirumahkan.

"Untuk menjaga kestabilan, di awal beban produksi besar tapi pendapatan menurun, akhirnya karyawan dipotong gaji tapi tidak ada pengurangan," katanya.

Firman berstrategi memasarkan produk alas kaki impor dari China yang membantu mendongkrak penjualan Alope dan kembali bangkit dan bahkan bisa merekrut karyawan baru.

Firman mengaku yakin bisnis fesyen memiliki masa depan yang cerah, terlebih jika pemerintah turut andil.

"Kemarin ada isu produk China akan masuk ke Indonesia, dari fesye . Saya juga agak gugup di sini, berat banget," katanya.

Akan tetapi, pemerintah kemudian menggaungkan penguatan sektor UMKM yang dianggapnya sebagai kesempatan bagi pengusaha untuk semangat mengembangkan bisnis.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021