Jakarta (ANTARA) - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan ruang digital Akademi Literasi merupakan wadah kolaborasi dan elaborasi para pegiat literasi.

“Akademi Literasi akan menjadi ruang digital dan wadah kolaborasi bagi para pegiat literasi,” ujar Syarif Bando dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Sebelumnya, Perpusnas meluncurkan Akademi Literasi yang menjadi ruang pejumpaan para pegiat literasi di Tanah Air.

Baca juga: Perpusnas : Aktivitas membaca masyarakat Indonesia semakin meningkat

Syarif menambahkan persoalan budaya baca dan literasi Indonesia terletak pada sisi hulu literasi, sehingga sektor itu memerlukan intervensi penguatan peran melalui kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.

Sementara di sisi hilir yang menjadi imbas dari kompleksitas sisi hulu berdampak pada kurangnya bahan bacaan hingga pendistribusian buku yang belum tepat sasaran, akibatnya pertumbuhan literasi mengalami perlambatan.

“Tidak afdol jika stigma rendah budaya baca masyarakat Indonesia terus diwartakan, terutama oleh lembaga riset atau media asing, sementara infrastruktur untuk mengakses pengetahuan belum memadai dan kurang mendapat perhatian," ujarnya.

Padahal, lanjutnya, faktor tersebut juga bisa dianggap pemicu disparitas ketersediaan bahan bacaan masyarakat dan akses pengetahuan yang semakin melebar. "Oleh karena itu, tugas kita saat ini adalah memastikan sisi hulu berperan optimal dan berfungsi baik sekaligus memastikan kebutuhan bahan bacaan 270 juta penduduk terpenuhi,” paparnya.

Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas, Adin Bondar mengatakan Akademi Literasi adalah gagasan baru yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

"Literasi menjadi sangat penting dalam segala aspek apapun. Dalam konteks yang lebih luas, literasi mengerucut pada perbendaharaan gagasan yang membantu seseorang untuk berpikir dan bertindak atas dasar konsep yang matang. Literasi adalah hal yang esensi," kata Adin.

Baca juga: Perpusnas: Minat baca tinggi, hanya kekurangan bahan bacaan

Baca juga: Pengembangan perpustakaan masih terjerat masalah klasik


Widyaiswara Lembaga Administrasi Negara (LAN), Suseno, menambahkan literasi merupakan cara membangun tatanan sosial yang terbuka, kritis dan menerima perbedaan.

“Akademi Literasi merupakan lahan untuk menumbuhkan kembangkan SDM unggul,” terang Suseno.

Pegiat literasi dan penulis Maman Suherman mengatakan bahwa para pegiat literasi harus benar-benar dilibatkan dan jangan sekedar menjadi objek, tetapi perlu upaya peningkatan kompetensi mereka.

“Dekatkan mereka dengan buku. Jika perlu, eksistensi pegiat literasi dimasukkan sebagai bagian dari indikator indeks literasi masyarakat. Sejatinya, konsep empat tingkatan literasi yang digaungkan Perpustakaan Nasional ada dalam jiwa para pegiat literasi,,” imbuh Maman.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021