"Terdapat tiga sintesis kebaruan yang diperoleh dari hasil kajian, yakni temuan konstruksi dimensi dan indikator toleransi sosial, instrumen baku pengukur toleransi sosial dan aplikasi pengolahan data untuk mengukur indeks toleransi sosial," ujar Komarudin, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Komarudin menjadi Guru Besar UNJ terhitung mulai 1 September 2020, namun karena kondisi pandemi, maka proses pengukuhan ditunda dan baru dilaksanakan bersamaan dengan rangkaian Dies Natalis ke-57 Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Dalam pengukuhan itu, Komarudin menyampaikan orasi ilmiah dengan judul "Toleransi Sosial: Persemaian dan Pengukurannya dalam Pembelajaran PPKn".
Substansi orasi ilmiah itu merupakan sintesis antara pengalaman Tridharma Pendidikan Tinggi, khususnya penelitian-penelitian yang dilakukan dengan diskursus teori tentang evaluasi pembelajaran domain afektif, khususnya tentang toleransi sosial.
Dia menambahkan dari 2020 hingga 2021, guru besar UNJ mengalami peningkatan sebanyak 22 orang.
Ke-22 guru besar tetap itu adalah Prof Dr Durotul Yatimah, Prof Dr Awaluddin , MPd, Prof Dr Harya Kuncara Wiralaga SE MSi, Prof Dr Sunaryo MSi, Prof Dr Widiastuti MPd, Prof Dr Mangasi Alion Marpaung MSi, Prof Dr Muktiningsih MSi, Prof Dr Etin Solihatin MPd, Prof Dr I Ketut R Sudiarditha MP, Prof Dr Komarudin MSi, Prof Dr Fahrurrozi MPd, Prof Dr Arifin Maksum MPd, Prof Dr Henry Eryanto MM, Prof Dr Neti Karnati MPd, Prof Dr Sarkadi MSi, Prof Dr Edwita MPd, Prof Dr Erfan Handoko MSi, Prof Dr Ramdan Pelana, SOr MOr, Prof Dr Dewi Susita MSi, Prof Dr Sri Indah Nikensari MSi, Prof Dr Ucu Cahyana MSi, dan Prof Dr Mohamad Rizan.
"Kami berharap dengan bertambahnya guru besar UNJ, maka dapat meningkatkan prestasi dan reputasi UNJ, baik di tingkat nasional maupun kawasan Asia. Guru besar UNJ ini menjadi modal bagi UNJ untuk berprestasi dan unggul dalam berbagai aspek Tridharma Perguruan Tinggi," kata Komarudin.
Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021
