Jika kita dapat menjaga satwa dan lingkungan dengan baik tentu akan berdampak secara ekonomi, sosial, dan juga budaya
Jakarta (ANTARA) - Pengelola destinasi wisata diajak berkontribusi melestarikan satwa dan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap kelestarian binatang dan alam yang menjadi daya dukung kehidupan.

Head of Social, Branding, and Communication Jakarta Aquarium dan Safari (JAQS) Fira Basuki dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, mengatakan pentingnya semua pihak untuk peduli terhadap pelestarian satwa dan lingkungan termasuk pengelola destinasi wisata.

"Kami bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Yayasan Puteri Indonesia misalnya juga telah melepasliarkan penyu dan tukik sebagai wujud tanggung jawab kami sebagai sebuah lembaga konservasi yang peduli terhadap pelestarian satwa dan lingkungan," ujarnya.

Selain mendukung pelestarian satwa liar, pihaknya yang berperan sebagai pusat konservasi dan pendidikan juga memfasilitasi pendidikan dan meningkatkan kesadaran spesies, kepentingan ekologis mereka bagi alam dan bagi manusia, serta apa yang mengancam mereka.

"Menyelamatkan dan merehabilitasi penyu adalah salah satunya. Kegiatan ini memungkinkan kami untuk mengambil hewan yang sakit, rusak, atau lemah, terkena sengatan panas, tertangkap dalam alat tangkap misalnya, dan mengembalikannya ke kesehatan penuh sehingga mereka dapat dilepasliarkan ke alam liar dengan setiap kesempatan untuk berhasil dalam hidup dan terus berkembang biak," katanya.

Seekor penyu dan puluhan ekor tukik dilepasliarkan di Pantai Cikaya, Pulau Karya, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, yang diwakili oleh Aaron Morgan Jupp, kurator JAQS dan Putu Ayu Saraswati, Puteri Indonesia Lingkungan 2020 dan didampingi tim Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka, dan tim Jakarta Aqurium dan Safari.

Satwa yang dilepaskan adalah seekor penyu dewasa berjenis penyu sisik atau hawksbill sea turtle (Eretmochelys imbricata) dan 30 tukik. Kegiatan pelestarian lingkungan tersebut dilakukan sekaligus memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2021.

Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Pulau Panggang Iskandar mengatakan pihaknya menyambut baik kegiatan tersebut, sebagai salah satu upaya mempromosikan pariwisata Kepulauan Seribu yang memiliki potensi untuk dikembangkan.

"Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan dampak yang baik bagi pengembangan pariwisata yang berbasiskan masyarakat. Dan kegiatan tersebut dapat berkelanjutan," ujarnya.

Putu Ayu Saraswati menyatakan kegembiraannya ketika turut serta dalam kegiatan pelepasliaran penyu ini.

Ayu berkata Pulau Seribu bukan hanya tempat rekreasi, tapi kombinasi edukasi dan konservasi yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar.

"Jika kita dapat menjaga satwa dan lingkungan dengan baik tentu akan berdampak secara ekonomi, sosial, dan juga budaya," katanya.

Selain pelepasan penyu, kegiatan lainnya adalah penanaman mangrove dilakukan di Pulau Pramuka sebanyak 50 batang, satu frame transplantasi tanam lamun.

Baca juga: Gubernur Babel: Penangkaran penyu Desa Guntung jadi wisata edukasi
Baca juga: Pantai Mapak Indah jadi ekowisata pelepasan anak penyu
Baca juga: Mentan: Perkuat pertanian dengan pelestarian adat budaya

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021