Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Kristiana Siste SpKJ(K) mengatakan perlu adanya deteksi dini gangguan psikologis saat pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

“Untuk kegiatan luring pada masa pandemi COVID-19, sebanyak satu dari lima orang dewasa mengalami gangguan kecemasan. Termasuk dewasa muda seperti mahasiswa, psikologis terganggu dan itu tercermin pada perilaku sehari-hari,” ujar Siste dalam temu media FKUI secara daring yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Begitu juga ketika diharuskan melakukan PTM terbatas atau perkuliahan secara daring, tak jarang mengalami burnout meskipun telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Untuk itu dukungan psikologis harus benar-benar bagus.

Baca juga: FKUI nilai PTM terbatas perlu dipertimbangkan kembali

“Deteksi dini harus dilakukan pada anak sekolah saat mereka melakukan pembelajaran secara luring,” tambah dia.

Dari hasil penelitian FKUI, sebagian besar pada remaja mengalami depresi yang memicu mereka untuk kecanduan internet. Angka kecanduan internet di Indonesia cukup tinggi yakni di atas 19 persen.

Angka depresi pada dewasa muda cukup tinggi yakni 14 persen, padahal sebelum pandemi COVID-19 hanya tiga persen. Secara psikologis, kondisi dewasa muda mengalami depresi dan demotivasi.

“Akibatnya mereka menggunakan games untuk kegiatan spesifik misalnya untuk media sosial dan games online, sehingga adiksi internet risikonya menjadi lebih tinggi,” terang dia.

Selain itu, jika ada anggota keluarga yang mengalamai COVID-19 dan berakibat mencari informasi COVID-19 di internet. Akibatnya tingkat adiksi internet mereka bertambah.

“Internet bisa menjadi tempat pelarian, depresi atau bahkan saat emosi. Mereka akhirnya lari ke games online yang berbau kekerasan,” kata dia lagi.

Baca juga: PTM terbatas bisa dilakukan walau guru belum divaksinasi

Peneliti FKUI lainnya, dr Gina Anindyajati SpKJ, mengatakan dari penelitian sebanyak satu dari lima penduduk mengalami kecemasan. Sebagian besar dewasa muda yang berisiko mengalami kecemasan karena berkaitan dengan tidak adanya kepastian, misalnya awal pandemi sekolah tutup, lulus kuliah, baru memulai kerja tapi dihadapkan dengan pandemi COVID-19, hingga dukungan orang tua yang tidak memuaskan.

“Dengan kondisi yang dihadapi saat ini, maka dibutuhkan masalah kesehatan jiwa yang lebih berat lagi. Kalau tidak dikelola sekarang, maka akan menimbulkan masa pada masa depan,” kata Gina.

Dekan FKUI, Prof Ari F Syam, mengatakan masalah kecemasan harus dapat dikelola dengan baik karena akan berdampak pada masa yang akan datang.

Selama pandemi COVID-19, FKUI telah menghasilkan 114 publikasi yang terdiri dari 11 publikasi pada diagnosis, 62 observasi, 22 prognosis, studi preklinis sebanyak dua publikasi, dan terapi sebanyak 17 publikasi.***3***

Baca juga: Keluarga penyandang thalassemia perlu antisipasi dampak psikologis
 

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021