Pancasila adalah pengikat yang paling erat di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri atau Diaspora Indonesia memiliki kesan dalam memaknai Peringatan Hari Lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni, salah satunya memberikan identitas jati diri warga negara Indonesia.

"Pancasila dengan asas lima sila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tetap melekat di hati warga negara Indonesia," kata Firdonsyah, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Firdonsyah menjelaskan sebagai warga negara agar tetap bersatu menjaga keutuhan bangsa dan negara walaupun beda agama, bahasa dan budaya. kemudian diajarkan pula bermusyawarah untuk mencapai rasa kesepakatan dan keadilan sosial bagi seluruh warga Indonesia.

"Kita percaya kepada Tuhan dengan agama masing-masing serta memberikan rasa keadilan yang beradab kepada setiap warga negara," kata Firdonsyah yang saat ini tinggal di Amerika Serikat.

Hal senada disampaikan Roedy Wibisono bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah dasar yang final. Roedy menyatakan seluruh warga negara Indonesia tidak lagi membicarakan relevansi Pancasila di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Karena nilai-nilai Pancasila selalu dapat digali sesuai dengan perkembangan zaman.

"Pancasila harus terus diajarkan sebagai pendidikan wajib dari pendidikan anak usia dini sampai universitas. Pancasila harus menjadi mata pelajaran wajib. Setiap sekolah baik negeri, swasta, madrasah, pesantren wajib menyelenggarakan Pancasila sebagai kurikulum mereka," ujar Roedy yang saat ini tinggal di Amerika Serikat.

Kesan lainnya disampaikan Novani Marini Hulu bahwa Pancasila adalah pengikat yang paling erat di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Tanah Air Bumi Indonesia.

"Saya mengimani Tuhan yang Maha Esa yang menciptakan beragam perbedaan suku dan agama di Tanah Air serta menjadikannya sebagai ladang untuk hidup toleransi. Menghormati dan menghargai pemeluk agama yang berbeda sebagai satu karya yang unik dan harus terus dijaga dalam sikap hidup bersama," kata Marini yang saat ini tinggal di Belgia.

Menurut dia, persamaan hak dan kewajiban bahkan kedudukan setiap orang adalah sama, baik di mata hukum, sosial dan agama. Sebagai makhluk Tuhan yang beradab sudah selayaknya mengambil bagian yang sangat penting, yaitu menyuarakan kebenaran, menjunjung tinggi hidup toleransi dan memperjuangkan keadilan untuk sesama.

Selanjutnya, kokoh di dalam mempertahan persatuan dan kesatuan bangsa. Walau berbeda bahasa, adat istiadat, dan budaya yang mempersatukan adalah rasa tanggung jawab bersama menjaga keutuhan persatuan bangsa.

"Berbahasa yang sama, bahasa nasional Indonesia," ujar Marini.

Dalam Pancasila juga menekankan agar turut serta berperan aktif melestarikan budaya bangsa peninggalan nenek moyang, seperti bahasa daerah, busana adat daerah, alat musik dan tarian daerah. Gotong royong dan tolong-menolong untuk menjaga keutuhan persatuan NKRI.

"Sikap musyawarah dalam mengambil keputusan bersama sebagai pedoman hidup untuk tetap menjaga sopan santun dalam mengungkapkan pendapat, mendengarkan pendapat, menyikapi perbedaan pendapat dengan toleransi yang tinggi," kata Marini pula.

Pada akhirnya kata dia, Pancasila mengajarkan sikap adil, menghormati hak orang lain. Melaksanakan setiap kewajiban yang harus dilaksanakan untuk menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat secara merata.

"Tidak mementingkan kesejahteraan pribadi di atas penderitaan yang lainnya," ujar Marini.

Bagus H Wiaji, Diaspora Indonesia yang tinggal di Australia menyatakan kesan Pancasila bagi dia, diawali sebagai materi hafalan di sekolah.

"Diawali dengan disuruh menghafal, kemudian menjadi memahami, terkesan dan mencintai dan pada akhirnya berusaha mewujudkan di dalam di kehidupan sehari hari," kata Bagus pula.
Baca juga: Dispora Kaltim tutup sementara dua stadion cegah penularan COVID-19
Baca juga: Diaspora Indonesia di Inggris siap kembangkan hasil riset farmasi

Pewarta: Fauzi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021