NMT metode pemasangan plester pada permukaan kulit kaki menggunakan plester khusus yang telah dilakukan modifikasi bentuk, panjang dan lebar plester sesuai dengan indikasi klinis.
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Dosen Keperawatan Medikal Bedah Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang, Ns. Heri Kristianto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB menemukan Metode Neuromuscular Taping untuk kaki diabetik sebagai penunjang terapi.

"Metode Neuromuscular Taping (NMT) dapat menjadi pilihan intervensi penunjang dari terapi yang sudah ada, karena tidak mempengaruhi aktivitas klien yang terpasang plester," kata Heri Kristianto dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Malang, Senin.

Oleh karena itu, lanjutnya, NMT berpeluang untuk dikembangkan dan diterapkan sebagai penunjang dalam penanganan kaki diabetik dengan memberikan dukungan pasien untuk tetap beraktivitas.

NMT merupakan suatu metode pemasangan plester pada permukaan kulit kaki dengan menggunakan plester khusus yang telah dilakukan modifikasi bentuk, panjang dan lebar plester sesuai dengan indikasi klinis.

Ia menerangkan diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia karena dapat menimbulkan komplikasi kronis. Komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler akan muncul akibat DM yang tidak terkontrol, salah satunya pada kaki DM yang dikenal dengan istilah Diabetic Foot Syndrome (DFS).
Baca juga: Ahli Kesehatan: Pelayanan kesehatan di FKTP tak dukung upaya promotif
Baca juga: Larutan ekstrak herbal mampu hambat bakteri pada sapi perah


DFS dapat menyebabkan gangguan saraf pada kaki DM, dan berpengaruh pada kualitas hidup penyandang DM. Perawatan pada masalah kaki diabetik selama ini masih berfokus pada upaya penyembuhan luka.

Beberapa di antaranya adalah pengobatan dan perawatan luka, manajemen infeksi dan manajemen vaskularisasi. Sedangkan upaya perawatan sebelum terjadinya luka masih menggunakan terapi untuk mengurangi gejala dengan pendekatan farmakologi.

Dalam penelitian disertasinya yang diujikan pada akhir pekan lalu, Heri yang sedang menempuh S3 di Universitas Indonesia ini melakukan pengembangan dan pengkajian tata laksana perbaikan sirkulasi perifer pada kaki diabetik sebagai usaha untuk mencegah terjadinya ulkus sebagai pertanda komplikasi lebih lanjut.

"Pada uji klinis yang dilakukan menggunakan bentuk Fan dan I sebagai dasar untuk memperbaiki mikrosirkulasi pada neuropati kaki diabetik, hasilnya memberikan manfaat dalam memperbaiki kelembaban kulit kaki, struktur kapiler dan respons nyeri neuropati,” paparnya.

Melalui disertasi ini, Heri dinyatakan lulus sebagai Doktor Keperawatan ke-105 dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI dengan IPK 3.94 dan predikat cumlaude, yang ditempuh dalam waktu 2 tahun 9 bulan.

Selama menempuh pendidikan S3 Keperawatan di Universitas Indonesia sejak tahun 2018, ia telah menghasilkan tujuh artikel sebagai penulis utama yang terbit pada jurnal internasional bereputasi.

Selain mengabdikan diri sebagai dosen di Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran UB sejak tahun 2006 hingga saat ini, Heri juga menjadi praktisi mandiri spesialis keperawatan medikal bedah dalam area perawatan kaki, luka, dan edukator diabetes.
Baca juga: Sembilan starup binaan BIIW-UB peroleh dana hibah dari BRIN

 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021