Jakarta (ANTARA) - Meski belum bisa bepergian jauh karena pandemi, namun Anda bisa tetap berwisata melalui indera perasa dengan cara mencicipi hidangan khas negara lain yang tersedia di kota tempat tinggal Anda.

Salah satunya unagi, makanan dari Jepang yang dibuat oleh chef asal Negeri Sakura di Hotel Sari Pacific Jakarta. Restoran The Japanese di hotel tersebut menyajikan berbagai hidangan unagi dari ikan sidat yang gurih nan lezat untuk memanjakan lidah Anda.
 
Unagi tamago di The Japanese Sari Pacific Jakarta (ANTARA/Nanien Yuniar)

Unagi tamago di The Japanese Sari Pacific Jakarta (ANTARA/Nanien Yuniar)

Baca juga: "Eco Friendly" diusung pelopor makanan khas Jepang sambut Ramadhan

Baca juga: Lelang tahun baru, ikan tuna terjual 2 miliar rupiah di Tokyo


Pekan lalu, ANTARA mencicipi ragam masakan ikan sidat, yang pertama adalah unagi Tamago yang disajikan dalam omelet lembut.

Tidak seperti tamago alias telur dadar yang sering disajikan di restoran sushi, unagi Tamago ini punya cita rasa gurih.

Biasanya, tamago yang disajikan dengan cara Jepang terasa manis. Lembutnya telur terasa cocok dengan ikan sidat yang berada di bagian tengah tamago. Tapi karena potongannya tak seberapa besar, rasa telurnya lebih mendominasi meski itu tidak mengurangi kelezatan unagi.
 
Unagi hot pot di The Japanese Sari Pacific Jakarta (ANTARA/Nanien Yuniar)

Unagi hot pot di The Japanese Sari Pacific Jakarta (ANTARA/Nanien Yuniar)

Penyuka sajian hot pot bisa juga memesan unagi yang dimasak dalam wadah panas dengan telur yang lembut serta kuah manis dan gurih, sangat cocok disantap dengan nasi pulen yang bisa menetralkan rasa manis.

Khusus untuk hidangan ini, Executive Japanese Chef Sari Pacific Jakarta, Toshiya Honda, mengatakan rasanya memang dibuat lebih manis sesuai dengan selera orang-orang Indonesia.
 
Unagi tempura (ANTARA/Nanien Yuniar)

Unagi tempura (ANTARA/Nanien Yuniar)

Di restoran ini, Anda juga bisa mencicipi unagi dalam bentuk "gorengan", tepatnya tempura. Sama seperti tempura pada umumnya, tempura unagi yang bentuknya lebih besar dari tempura isi udang pada umumnya juga disajikan bersama saus celup dan lobak Jepang (daikon) yang sudah diparut. Bagian luarnya juga terasa renyah, tapi bagian dalamnya tetap lembut.

Menu pamungkas yang tak kalah lezat adalah cara penyajian unagi paling lazim, yakni kabayaki. Menu kabayaki menyajikan unagi yang dibelah menjadi dua, dipanggang, dikukus dan dipanggang kembali dengan saus khusus dengan rasa yang manis dan gurih dari shoyu, gula dan mirin.

Karena sudah dikukus, tulangnya pun bisa dimakan karena tekturnya yang sudah empuk. Di Jepang sendiri, Toshiya menuturkan bahwa sajian unagi kabayaki bisa dibilang paling banyak dibeli karena memang termasuk menu paling mendasar.

Unagi ini enak disantap dengan nasi. Gaya penyajiannya seperti di Nagoya, yakni Hitsumabushi, di mana unagi yang sudah dibakar dipotong seukuran satu suapan dan diletakkan di atas nasi. Bedanya, di sini unagi disajikan terpisah dengan nasi. Hidangan dalam The Unagi Season bisa dinikmati dengan harga mulai dari Rp198.000++.

The Japanese Sari Pacific Jakarta juga menawarkan menu kuliner lainnya, misalnya Robatayaki, Teppanyaki, Sushi bar, Tempura, Sukiyaki dan lainnya. Restoran itu buka setiap hari pukul 11:00 - 21:00.

Baca juga: Duet sukiyaki-donburi di restoran Jepang Isshin

Baca juga: Soba mewarnai peringatan 45 Tahun Kemitraan Jepang-ASEAN

Unagi kabayaki di The Japanese Sari Pacific Jakarta (ANTARA/Nanien Yuniar)

Unagi kabayaki di The Japanese Sari Pacific Jakarta (ANTARA/Nanien Yuniar)

Adapun ikan sidat yang diolah dalam menu The Unagi Season di restoran The Japanese berasal dari Indonesia. Executive Chef Sari Pacific Jakarta, Toshiya Honda, menjelaskan perbedaan antara ikan sidat Indonesia dan Jepang. Dari sisi ukuran dan rasa, ikan sidat dari Jepang lebih besar, berlemak dan dagingnya empuk.

Di Jepang sendiri, unagi dari luar negeri seperti Indonesia dan Taiwan turut dijual di supermarket atau convenience store (konbini) alias toserba (toko serba ada). Harganya relatif lebih murah dari unagi asli Jepang yang butuh waktu dua hingga tiga tahun untuk siap dijadikan bahan masakan.

Unagi tergolong makanan mewah yang biasanya disajikan saat musim panas karena mengandung banyak vitamin A dan E. Unagi dikonsumsi saat musim panas berkat khasiat untuk menambah stamina yang melemah akibat terik matahari. Unagi juga bisa dipisahkan berdasarkan tiga kategori, low class, middle class dan high class.

Unagi yang paling mahal bisa dimanfaatkan seluruh bagiannya. Harganya bahkan bisa mencapai Rp1,5 juta per ekor. Sedangkan untuk satu porsi bisa dihargai Rp4 juta hingga Rp5 juta.

Versi yang lebih murah bisa ditemui di supermarket atau konbini yang biasanya banyak menjual unagi saat musim panas.

Dia menambahkan, unagi termasuk sulit diolah sehingga orang-orang Jepang tidak memasaknya sendiri, melainkan membeli hidangan yang sudah dibuat di restoran atau supermarket.

Mau mampir ke daerah yang terkenal dengan hidangan unagi?

Chef Toshiya menyarankan untuk pergi ke prefektur Shizuoka, Jepang yang dekat dengan gunung Fuji. Di sana ada banyak kolam budidaya ikan sidat Jepang, di mana airnya bersih karena dekat dengan gunung dan udaranya pun segar.

Baca juga: Cara hidangkan unagi ala rumahan

Baca juga: Musim di Jepang, olahan Unagi kini hadir di Indonesia

Baca juga: Indonesia berpotensi kembangkan produksi ikan Sidat


 

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021