Salah satu bahan bakar nabati yang saat ini digunakan di Indonesia adalah biodiesel dan sejak 2009, produksi biodiesel di Indonesia meningkat setiap tahun.
Bandung (ANTARA) - Mahasiswa Master of Business Administration (MBA) Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 58, Ummu Sulaim Arrumaisho melakukan kajian akhir menggunakan metodologi studi literatur dan pemodelan sistem dinamik mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan industri biodiesel di Indonesia.

Dosen SBM ITB  selaku pembimbing dan juga dari Kelompok Keahlian Decision Making and Strategic Negotiations,  Yos Sunitiyoso, Ph.D, Kamis mengatakan penelitian Ummu Sulaim Arrumaisho dilatarbelakangi permintaan energi Indonesia yang terus meningkat setiap tahun dan seiring dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan populasi, harga energi, dan kebijakan pemerintah.

Di sisi lain, lanjut dia, cadangan minyak, cadangan gas alam dan produksi batu bara terus menurun serta permintaan energi terbesar di Indonesia adalah bahan bakar minyak yang dikonsumsi oleh enam sektor, yaitu transportasi, industri, pembangkit listrik, rumah tangga, komersial dan lainnya.

"Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan ini, Indonesia harus mengimpor bahan bakar minyak. Untuk mengurangi impor minyak, Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menggunakan energi baru dan terbarukan seperti bahan bakar nabati," kata Yos Sunitiyoso, dalam siaran pers Humas SBM ITB.

Salah satu bahan bakar nabati yang saat ini digunakan di Indonesia adalah biodiesel dan sejak 2009, produksi biodiesel di Indonesia meningkat setiap tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Ummu, kata dia, menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan biodiesel adalah bahan baku, harga biodiesel, teknologi yang maju, dan lingkungan.
Baca juga: Pertamina jual metanol untuk produsen biodisel

Selanjutnya dalam penelitian ini, faktor-faktor yang dievaluasi adalah bahan baku, harga biodiesel, dan mandat serta peraturan pemerintah.

Evaluasi dilakukan melalui pemodelan sistem dinamik untuk scenario tiga puluh tahun ke depan.

Terdapat lima belas skenario yang dikembangkan dari lima kelompok skenario, yaitu mandat pemerintah, insentif dari pemerintah, harga bahan baku, harga biodiesel dan gabungan dari beberapa skenario.

Hasil simulasi pemodelan sistem dinamik menunjukkan bahwa faktor yang paling memengaruhi laba dan pembangunan kapasitas biodiesel adalah penggunaan teknologi mutakhir yang dapat menghasilkan biodiesel dari bahan baku berkualitas rendah dan murah.

Faktor kedua adalah insentif dari pemerintah dalam bentuk pajak karbon yang dapat meningkatkan laba.

Faktor ketiga adalah mandat jumlah pencampuran biodiesel dalam minyak diesel. Sedangkan faktor harga biodiesel tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba dan pembangunan kapasitas biodiesel.

Hasil penelitian ini, lanjut dia, juga menekankan bahwa dalam tiga puluh tahun ke depan, industri biodiesel di Indonesia memiliki pertumbuhan yang positif.

Industri ini dapat menerapkan teknologi produksi biodiesel yang maju yang dapat menghasilkan biodiesel dari bahan baku berkualitas rendah dan murah.

Selain itu, pemerintah dapat menerapkan peraturan pajak karbon untuk mendukung industri biodiesel di Indonesia.
Baca juga: Industri biodiesel lanjutkan rencana penambahan kapasitas produksi
Baca juga: Kemenperin: Industri biodiesel domestik siap pasok FAME dukung B30

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021