lebih sedikit perbaikan yang bisa diselesaikan
Jakarta (ANTARA) - Secretary General Botanic Gardens Conservation International (BGCI) Paul Smith mendorong peningkatan ketahanan kebun raya di era pandemi dan terhadap tantangan perubahan iklim, cuaca dan bencana.

"Pandemi jelas telah mempengaruhi sejumlah besar tumbuhan di seluruh dunia," kata Paul dalam seminar virtual (webinar) Botanic Gardens in the Pandemic Era, Jakarta, Selasa.

Paul menuturkan pandemi COVID-19 telah menyebabkan kerugian yang besar termasuk kehilangan pendapatan, pekerjaan, dan nyawa.

Pandemi COVID-19 juga berdampak negatif bagi perkembangan kebun raya yakni penutupan sementara, pengurangan pendapatan atau pemasukan karena adanya penutupan dan terbatasnya pengunjung ketika kebun raya beroperasi kembali.

Pandemi COVID-19 juga menyebabkan pengurangan karyawan yang bekerja untuk pengelolaan kebun raya serta kehilangan nyawa.

Salah satu kebun raya yang menderita akibat pandemi COVID-19 adalah Bermuda Botanical Gardens. Pandemi telah menyebabkan tidak berjalannya pariwisata kebun raya, dan mempengaruhi jumlah orang yang datang ke taman ketika kebun raya dibuka.

Baca juga: LIPI: 22,06 persen tumbuhan terancam dapat terkonservasi di kebun raya

Baca juga: Kebun Raya Batam berstandar internasional


"Anggaran tahunan juga telah dipotong, artinya lebih sedikit perbaikan yang bisa diselesaikan, tidak ada yang bisa disewa, dan koleksinya hampir tidak ada, " ujarnya.

Pemotongan anggaran tahunan telah mengakibatkan hilangnya sekitar 20 posisi yang tidak lagi didanai.

Sementara kejadian cuaca ekstrem, dampak perubahan iklim dan bencana seperti kebakaran, kekeringan, banjir dan badai juga mendatangkan kerugian bagi kebun raya seperti kerusakan terhadap koleksi tanaman, kerusakan fasilitas atau infrastruktur, penutupan sementara, pengurangan pemasukan dan kehilangan kehidupan, katanya.

Paul menuturkan kebun raya membutuhkan dukungan finansial dan teknis terutama saat terdampak bencana dan pandemi. Kebun raya yang dikelola swasta justru menghadapi tantangan lebih terkait pendanaan untuk operasional kebun raya.

"Banyak kebun raya di Amerika Serikat dikelola swasta, dijalankan dengan amal dan tidak menerima dukungan apapun dari pemerintah," tuturnya.

Dukungan pemulihan keuangan dan koleksi adalah yang paling penting, diikuti oleh retensi staf, mitigasi di masa depan, dan dukungan infrastruktur.

Di samping itu, Paul menuturkan pentingnya strategi atau kebijakan penanggulangan bencana dalam pengelolaan dan keberlanjutan kebun raya.

Dia menuturkan dari survei, masih ada institusi yang belum memiliki strategi atau kebijakan penanggulangan bencana yang memadai.

Perencanaan atau strategi penanggulangan bencana di kebun raya tersebut dapat mencakup antara lain penilaian risiko, tindakan struktural, koleksi khusus, duplikasi bahan yang terancam, pemilihan tanaman misalnya jenis tanaman yang tahan perubahan iklim, pelatihan staf terkait respons terhadap bencana, strategi komunikasi, evakuasi pengunjung, peralatan pertolongan pertama, rencana darurat, dan asuransi khusus.

Sedangkan Coordinating Director in Living Collections and Facilities Management di Singapore Botanic Gardens Thereis Choo mengatakan pandemi COVID-19 telah menyebabkan kerugian antara lain berbagai acara, pertunjukan dan perjalanan riset dibatalkan, sejumlah proyek dan "groundwork" ditunda, dan perubahan pola kerja. Kebun raya tetap harus buka dengan memprioritaskan dan memastikan keamanan karyawan dan pengunjung kebun raya.

Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) R Hendrian mengatakan pandemi COVID-19 telah mengakibatkan terjadinya perubahan pada banyak aspek operasionalisasi kebun raya di berbagai belahan dunia.

Hendrian juga menuturkan fungsi riset dan konservasi yang diemban oleh kebun raya harus terus diperkuat.

Baca juga: LIPI: Kebun Raya Bogor tetap jaga fungsi riset dan konservasi

Baca juga: Kebun Raya Jembrana siap dibangun dengan dana Rp20 miliar

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021