Pertamina telah memiliki tiga program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau.
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) kian memprioritaskan program transisi energi dari fosil menuju energi baru terbarukan (EBT)  dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di dalam negeri serta mengoptimalkan infrastruktur dari bisnis yang ada.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan program transisi energi menjadi upaya mengatasi defisit transaksi berjalan akibat masih tingginya impor bahan bakar minyak, sekaligus mengembangkan potensi sumber daya domestik sebagai bahan baku energi.

"Pertamina telah memiliki tiga program prioritas sebagai bagian dari implementasi transisi energi sekaligus ekonomi hijau," kata Nicke dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Baca juga: Erick Thohir: Proyek gasifikasi batu bara dapat memangkas impor LPG

Program transisi pertama adalah penurunan impor bahan bakar minyak jenis solar melalui implementasi biodiesel.

Dengan program itu, Pertamina berhasil mengurangi impor solar secara signifikan. Bahkan, perseroan tidak lagi mengimpor solar terhitung sejak April 2019.

Program kedua adalah pengurangan ketergantungan pada impor elpiji melalui proyek gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter yang akan menggantikan penggunaan elpiji di dalam negeri.

“Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan batu bara terbesar berpeluang baik untuk melakukan gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter. Kami yakin pengembangan ini dapat mencapai target pemerintah untuk bebas impor elpiji pada 2027,” kata Nicke.

Baca juga: Proyek DME diteken, pangkas impor elpiji satu juta ton per tahun

Selanjutnya, program ketiga adalah penurunan impor bahan bakar minyak jenis gasoline dengan mencampur metanol dan etanol. Kedua produk itu dapat diperoleh melalui gasifikasi batu bara maupun sumber bioetanol lainnya.

Untuk menjamin keberlangsungan lini bisnis dan mengatasi isu lingkungan dari gasifikasi batu bara, secara bersamaan Pertamina juga menerapkan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menekan emisi karbon dan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan produksi migas.

Perusahaan pelat merah ini juga menjajaki potensi kerja sama dengan Exxonmobil dan sedang melakukan kerja sama studi injeksi karbondioksida di lapangan eksplorasi Gundih dan Sukowati.

“Melalui pemanfaatan carbon capture yang terintegrasi dengan proyek dimetil eter, kami yakin dapat menekan emisi karbon hingga 45 persen," pungkas Nicke.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021