Kuala Lumpur (ANTARA) - Suasana Idul Fitri 1442 H di Kuala Lumpur pada hari pertama lebaran, Kamis, tidak gegap gempita seperti biasa karena sejumlah regulasi dari pemerintah dalam Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) untuk membendung COVID-19.

Hanya saja aktivitas pengamanan terlihat tidak seketat PKP pertama Maret 2021 karena tidak nampak petugas keamanan yang bersiaga secara mencolok.

Alat transportasi seperti LRT, MRT dan monorail juga beroperasi normal seperti biasa dan nampak sepi seperti terlihat di LRT jalur Stasiun PWTC hingga Stasiun Masjid Jamek atau rute Putra Heigh.

Sejumlah warga nampak memanfaatkan hari pertama Idul Fitri dengan berfoto di bangunan tua Gedung Abdul Samad depan Dataran Merdeka Jalan Raja Laut Kuala Lumpur.
Sejumlah warga memanfaatkan hari pertama Idul Fitri 1442 H dengan berfoto di bangunan tua Gedung Abdul Samad depan Dataran Merdeka Jalan Raja Laut Kuala Lumpur, Kamis (13/5/2021). Gedung ini dibangun pada akhir abad ke-19 dan digunakan pertama kali sebagai kantor pemerintahan kolonial Britania Raya. ANTARA Foto/Agus Setiawan


Gedung ini dibangun pada akhir abad ke-19 dan digunakan pertama kali sebagai kantor pemerintahan kolonial Britania Raya.

Bangunan ini berhadapan dengan Dataran atau Lapangan Merdeka yang biasa digunakan untuk upacara dan sejumlah perayaan seperti pergantian tahun serta Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Malaysia.

Para warga tua dan muda nampak mengenakan busana Melayu lengkap datang mengendarai mobil bersama keluarganya.

Pihak Bandaraya atau Pemerintah Kota Kuala Lumpur (DBKL) juga memasang tulisan besar "Selamat Idul Fitri, Wilayah Prihatin, Ramadan Al-Mubarak" yang dipasang melintang dalam sebuah gapura di Jalan Raja Laut persis di sebelah gedung DBKL.

Sejumlah restoran, kedai mamak (warung India muslim) dan resto makanan minuman di pusat perbelanjaan tidak seramai hari normal karena pemerintah setempat hanya mengizinkan dibungkus untuk dibawa pulang (take away).

Situasi tersebut terlihat di Kedai Mamak Arraziq, Kedai Mamak Ariff Maju dan sejumlah resto di Sunway Putra Mall. Kursi duduk yang biasa berjajar nampak tengkurap di depan meja.

Sebaliknya sejumlah sepeda motor e-hailing seperti Grab Food, Food Panda, Lala Move dan laiinya nampak berpakir rapi di Sunway Putra Mall Jalan Putra.

Sholat Idul Fitri dibatasi

Tidak semua warga di Malaysia bisa melaksanakan sholat Idul Fitri berjamaah termasuk Warga Negara Indonesia (WNI).

"Acara saya hari ini shalat Ied di rumah, khotbah sekaligus mengimami untuk keluarga lalu saya keliling-keliling Kuala Lumpur melihat situasi Kampung Baru ingin tahu bagaimana keadaan atau situasi muslim Kuala Lumpur menyikapi Idul Fitri saat PKP," ujar guru Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Maftuchin Wahib.

Maftuchin dan istri memilih makan makanan khas Indonesia seperti ketupat lepet, lontong, lemang, rendang dan opor untuk mengurangi rasa kangen dengan keluarga dan tanah air.

Sejumlah WNI yang tinggal di Vila Putra Condominium difasilitasi oleh manajemen untuk sholat Idul Fitri di ruangan (hall) kondominium tersebut.
Suasana sholat Idul Fitri di Vila Putra. ANTARA Foto/Ho-Mujoko (1)


Ini menguntungkan mereka karena Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) yang semestinya akan melakukan sholat Id kemudian membatalkan diri setelah pemerintah setempat menyampaikan regulasi pembatasan jamaah.

"Kami sholat di hall. Khatib-nya disediakan oleh management office," ujar penghuni kondominium tersebut, Mujoko.

Sementara itu pelaksanaan sholat dan khotbah Idul Fitri yang berlangsung di Masjid Jamek Sultan Abdul Samad Jalan Perak Kuala Lumpur, Kamis, dibatasi hanya 50 orang untuk membendung penularan COVID-19.

Pintu masuk masjid yang berlokasi di dekat Stasiun LRT Masjid Jamek tersebut dijaga petugas dan hanya mereka yang datang lebih awal yang bisa masuk ke dalam masjid selebihnya melaksanakan sholat Idul Fitri di luar masjid.

Untuk masuk ke dalam masjid harus melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Protokol COVID-19 yakni memakai masker, mengukur suhu badan dan memindai aplikasi MySejahtera.

Khotib Sholat Idul Fitri disampaikan oleh Yahya Mahyuddin Bin Utah Said.

Pada kesempatan tersebut Yahya meminta maaf kepada jamaah asal Banglades dan Filipina yang tidak bisa memasuki masjid karena keterbatasan.

Sejumlah pengemis nampak berjubel di pintu keluar Masjid Jamek Abdul Samad menunggu sedekah dari jamaah salah satu masjid tertua di Kuala Lumpur tersebut.

Aturan keterbatasan jamaah juga diterapkan di Masjid Kampung Baru, Masjid Wilayah Persekutuan dan Masjid Negara.

Silaturahmi Virtual

Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Kuala Lumpur memanfaatkan hari pertama Idul Fitri dengan melakukan silaturahmi virtual baik antar tetangga di Kuala Lumpur maupun dengar orang tua dan kerabat di Indonesia.

Pemerintah setempat menganjurkan mengurangi silaturahmi tatap muka dan melarang pulang kampung untuk membendung penularan COVID-19.

Silaturahmi virtual diantaranya dilakukan oleh warga di Bistari Condominium yang juga pegawai Bank Muamalat Malaysia, Imazgee Togie.

Pria yang akrab dipanggil Ogie ini melakukan panggilan ke saudara-saudaranya di Indonesia dan tetangga-tetangganya di kondomonium di Jalan Putra tersebut.

Silaturahmi virtual juga dilakukan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia yang melakukan silaturahmi dengan platform zoom yang diikuti warga di Malaysia maupun anggota dan simpatisan di Indonesia.
Suasana Silaturahmi Virtual PCIM Malaysia. ANTARA Foto/Agus Setiawan (1)


Silaturahmi tersebut diisi dengan ceramah agama oleh Ustad Muhammad Aunurrochim Mas'ad dan laporan distribusi zakat fitrah oleh Bendahara Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh (Lazismu) Muhammadiyah Malaysia, Bambang Setiawan.

Selanjutnya diisi dengan ramah tamah yang dipandu oleh Sekretaris Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia, Sulthon Kamal.

Baca juga: Sholat Idul Fitri di masjid Kuala Lumpur dibatasi 50 orang
Baca juga: Kedubes Malaysia sampaikan selamat Idul Fitri kepada warga Indonesia
Baca juga: Muhammadiyah Malaysia gelar takbiran virtual

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021