Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Hewan maskot Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, ikan Semah, semakin sulit ditemui di perairan daerah tersebut dan diduga kuat populasinya terancam punah karena kerusakan alam.

"Berdasarkan hasil penelitian disejumlah sungai tempat habitat ikan Semah seperti Lematang Pagaralam hanya sedikit sekali yang dapat ditemukan, bahkan jumlahnyapun sangat terbatas," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Pagaralam, drh Syukri, di Pagaralam, Sabtu.

Ia mengatakan, ikan Semah memang memiliki ciri khusus dan hidupnya di perairan sungai deras dangkal dengan kondisi terdapat banyak bebatuan besar.

"Ikan ini sendiri prosesnya untuk menjadi Semah harus melalui tiga tahapan, yaitu buli ukuran ikan tri, cengkak saat masih berukuran dibawah 1 kilogram (kg) dan tahap ketiga ukuranya sudah cukup besar terkadang bisa mencapai berat 10 kg," kata dia.

Menurut dia, meskipun hidup di sungai yang dangkal tapi untuk ikan Semah biasanya menghuni lubuk sungai yang cukup dalamnya dan banyak terdapat daerah perairan Pagaralam, Lahat, Empatlawang dan Muaraenim.

"Kita perlu mencari penyebab menghilangnya jenis ikan yang memiliki kandungan daging dengan rasa lezat dan banyak diminati warga yang tinggal di daerah Pagaralam," kata dia.

Lanjut dia, penelitian difokuskan pada kadar O2 dalam air, kondoisi air sungai dan tingkat pencemaran lingkungan sungai.

"Kita meneliti sungai yang berada dik daerah Pagaralam meliputi sungai Lematang dan Selangis dan Sungai Indikat," kata dia lagi.

Tentunya setelah diteliti, kata dia akan dapat mengetahui penyebab kerusakan habitat sungai di beberapa daerah tersebut sehingga menyebabkan ikan Semah menghilang.

"Tentunya perlu beberapa tahun untuk mengembalikan ekosistem sungai agar keberadaan ikan Semah dapat dilestarikan,

Wali Kota Pagaralam, Djazuli Kuris, mengatakan ada sebagian masyarakat sudah membudidayakan ikan semah tapi masih sebatas pembesarannya saja dan bibitnya masih harus diambil dari sungai setempat. Belum ada yang bisa menernakkan sendiri ikan jenis ini karena keterbatasan pengetahuan dimiliki.

(ANT-127/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010