Palembang (ANTARA) - Rumiyati, warga Palembang, Sumatera Selatan, tidak menyangka langkah beraninya menjadi agen BRILink pada 2017 bisa mengubah kehidupannya.

Dari semula mengontrak rumah dan menyewa petak untuk warung, kini dirinya telah memiliki rumah dan warung sendiri.

“Inilah berkahnya, padahal awalnya saya sempat menolak karena tak percaya diri apakah mampu,” kata Rumiyati, warga Jalan Kapten Robani kawasan Plaju ini di Palembang, Senin (10/5).

Ibu rumah tangga berusia 37 tahun ini menceritakan, ia sempat mengalami masa-masa sulit dalam mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.

Setelah memutuskan kembali ke Palembang setelah beberapa tahun bekerja Batam, Rumiyati praktis tidak memiliki pemasukan yang dapat menopang kebutuhan ekonomi keluarga.

Demi bertahan hidup, ia pun memutuskan untuk membuka warung sembako dengan menggunakan modal seadanya.

Suatu waktu, ia bertemu dengan matri BRI, dan ditawari pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ternyata dari sinilah, awal perkenalannya dengan bank plat merah itu.

Akhirnya, setelah menjadi nasabah KUR yang patuh dalam membayar, Rumiyati pun ditawari menjadi agen laku pandai BRILink.

BRILink menjadi layananbranchless banking BRI untuk mendukung penuh Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam rangka Keuangan Inklusif) dan LKD (Layanan Keuangan Digital), serta memudahkan masyarakat dalam mendapatkan layanan keuangan seperti melakukan transaksi perbankan.

“Saat itu yang terbayang dibenak, apakah saya mampu mengoperasikan fitur-fitur yang ada di aplikasi BRILink, sementara saya agak gaptek (gagap teknologi)” kata dia.

Namun, karena ada dukungan dari suami yang berprofesi sebagai petugas keamanan (security), Rumiyati pun memberanikan diri.

Kemudian seiring berjalannya waktu, performanya semakin meningkat hingga dapat membantu keuangan keluarga. Kini, ia telah memiliki petak warung sendiri.

Bukan hanya dapat meningkatkan pendapatan keluarga tapi juga dapat memperluas jaringan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Walau performa terus menanjak, Rumiyati tetap tak menyepelekan pelayanan ke nasabah, mulai dari transfer, pembayaran kredit, hingga merekomendasikan mendapatkan pinjaman dari BRI.

Seakan-akan, dirinya ditantang untuk selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat melalui peran sebagai agen BRILink ini.

“Saya senang sekali menjadi agen BRILink ini. Saya berharap ke depan BRI akan terus memperbarui teknologinya sehingga semakin mempermudah nasabah dalam bertransaksi,” katanya.

Baca juga: Kementerian Investasi gandeng BRI permudah layanan perizinan bagi UMKM
Baca juga: BRI dorong percepatan pemulihan ekonomi desa


Pesat

Pimpinan Kantor Wilayah BRI Palembang Revi Rizal mengatakan pengalaman dari Rusmiyati ini diharapkan menginspirasi nasabah untuk mau menjadi menjadi agen BRILink.

“Seorang agen BRILink dapat hadir sebagai jawaban atas segala permasalahan di masyarakat, terkait transaksi,” kata Revi.

Seperti diketahui, tingkat kebutuhan masyarakat terkait aktivitas transaksi keuangan semakin hari semakin tinggi.
Ilustrasi - Seorang warga melakukan pengiriman uang disalah satu agen BRI Link di Jalan Saosao, Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (15/6/2020). (ANTARA/HO21)


Namun keterbatasan waktu atau jarak ke bank atau ATM kerap menjadi faktor penghambat transaksi keuangan.

Agen BRILink adalah perluasan layanan perbankan tanpa kantor yang diinisiasi oleh Bank BRI, yang mana kehadirannya sangat membantu masyarakat untuk memanfaatkan layanan perbankan sesuai kebutuhan.

Bank BRI mengajak nasabah untuk menjadi agen BRILink, sehingga dapat melayani transaksi perbankan kepada masyarakat seperti layaknya datang ke bank maupun ATM.

Agen BRILink melayani transaksi keuangan kepada masyarakat secara real time online menggunakan EDC BRI atau aplikasi BRILink Mobile.

Semua transaksi keuangan tersebut dikenakan tarif biaya transaksi kepada customer yang nantinya menjadi pendapatan bagi agen dan Bank BRI dengan pembagian berkonsep sharing fee.

Kini jumlah Agen BRILink pun terus bertambah. Mereka bisa melayani transaksi perbankan secara online dengan menggunakan berbagai device seperti Electronic Data Capture (EDC) maupun ponsel pintar.

Agen BRILink memberikan layanan transaksi perbankan seperti transfer, setor dan tarik tunai, pembayaran tagihan listrik, air, iuran BPJS, telepon, pembelian pulsa, pembayaran cicilan, top-up BRIZZI, setoran pinjaman, memberikan layanan referral pembukaan rekening tabungan BSA dan pinjaman, dan transaksi lainnya.

BRI mencatat pertumbuhan jumlah agen BRILink telah mencapai lebih dari enam kali lipat selama kurun waktu lima tahun.

Hal tersebut berdampak pada perolehan pendapatan berbasis komisi atau fee based income dari transaksi tersebut yang juga meningkat pesat. Saat ini jumlah agen BRILink mencapai 504.233 agen.

“Jumlah agen tersebut meningkat pesat dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya, yang hanya 75.000 agen,” kata dia.

Digitalisasi

Bank Indonesia (BI) mencatat total transaksi non tunai di Sumatera Selatan selama 2020 mencapai Rp42,46 triliun. Terbanyak berada di layanan publik, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan pengembangan pariwisata.

Kepala Perwakilan BI Sumsel Hari Widodo mengungkapkan, capaian itu merupakan bagian dari project percepatan dan perluasan digitalisasi ekonomi dan keuangan dalam rangka meningkatkan awareness dan mendorong digitalisasi di kabupaten/kota di Sumsel.

Pogram digitalisasi diterapkan dalam program Elektronifikasi Transaksi Pemerintah (ETP) yang dapat menjadi sumber ekonomi baru, apalagi di tengah pandemi COVID-19.

"BI mencapai total transaksi non tunai di Sumsel tahun lalu mencapai Rp42,46 triliun," ungkap Hari pada Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2021.

ETP bertujuan mengubah transaksi pengeluaran dan penerimaan pemerintah dari tunai menjadi non tunai melalui berbagai instrumen dan kanal pembayaran elektronik untuk mewujudkan efisiensi, efektivitas, dan transparansi tata kelola keuangan pemerintah.

Implementasi ETP telah berhasil mendorong seluruh belanja langsung menerapkan non tunai dengan ragam kanal pembayaran yang telah digunakan baik teller, ATM, Mobile Banking.

"Sumsel sendiri sudah berada di peringkat ke-10 secara nasional," kata dia.

Elektronifikasi transaksi digitalisasi transaksi melalui ETP juga telah berhasil diterapkan pada sisi pendapatan daerah meliputi pajak hotel dan pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame dan pajak bumi dan bangunan, pedesaan dan perkotaan, pajak parkir, dan sebagainya.

Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai metode pembayaran terbaru yang terus diperluas sebagai alternatif pembayaran non tunai.

Sejauh ini, Sumsel berada pada posisi ke-9 secara nasional dan ke-2 di Sumatera dengan jumlah 180.047 merchant dengan pertumbuhan 124,12 persen (yoy) atau 3,68 persen (mtm). Usaha Mikro (UMI) mendominasi implementasi QRIS di Sumsel dengan persentase 68,81 persen. Jika diakumulasikan, implementasi QRIS sudah didominasi oleh UMKM dengan total 95,88 persen.

"Mempertimbangkan jumlah UMKM di Sumsel yang mencapai sekitar 2 juta usaha, peluang implementasi QRIS masih sangat luas," kata dia.

Merespon perkembangan ekonomi digital tersebut, diperlukan peran pemerintah dan regulator untuk terus proaktif mendorong pengembangan dan perluasan ekosistem ekonomi dan keuangan digital. Jika ini bisa dipercepat, maka akan lebih banyak warga seperti Rumiyati yang naik kelas kehidupan ekonominya.

Baca juga: BRI Palembang salurkan BPUM ke 186.270 pelaku usaha
 

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021