adi juga sudah dilaporkan ke Bapak Presiden yaitu sudah ada mutasi baru (virus COVID-19) yang masuk yaitu mutasi dari India, ada dua insiden yang sudah kita lihat dan dua-duanya di Jakarta dan satu insiden dari Afrika Selatan itu ada di Bali,
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pakar ilmu kesehatan di Indonesia belum menemukan bukti ilmiah tentang perbedaan gejala yang dialami pasien saat terpapar varian baru SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

"Sejauh ini tidak ada bukti ilmiah yang valid tentang ada tidaknya beda gejala. Yang ada adalah kemungkinan lebih menular dan atau lebih berat perjalanan penyakitnya," kata Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama melalui pesan singkat di Jakarta, Senin.

Pernyataan tersebut disampaikan Tjandra saat dikonfirmasi terkait pesan yang beredar di media sosial seputar perbedaan gejala dari varian baru dan varian lama SARS-CoV-2.

Baca juga: Dinkes duga varian baru COVID-19 beredar di Batam

Pesan tersebut disampaikan dalam tampilan gambar yang menerangkan munculnya gejala tambahan pada varian baru.

Jika varian lama ditandai dengan gejala demam, kehilangan kemampuan merasa dan mencium, serta batuk parah. Pada varian baru muncul gejala lain seperti sakit dan nyeri badan, mata memerah, sakit tenggorokan, diare, perubahan warna pada jari tangan dan jari kaki, sakit kepala hingga gangguan kulit.

Informasi tersebut juga diklarifikasi oleh Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi. "Kalau sampai saat ini, tidak ada perbedaan klinis yang varian baru atau varian lama," katanya.

Namun Siti Nadia mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai gejala dari sejumlah varian baru yang terkonfirmasi masuk ke Indonesia.

Varian baru yang dimaksud di antaranya berasal dari India yakni B1617, dari Onggri B117 dan yang berasal dari Afrika Selatan yakni B1351.

Baca juga: Dinkes Kepri curigai peningkatan pasien disebabkan mutasi COVID-19

"Varian baru ini masuk dalam 'variant of concern' atau mutasi yang sangat diperhatikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena tingkat penularannya yang cepat," ujarnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan jenis varian virus COVID-19 itu sudah ada di Indonesia.

"Tadi juga sudah dilaporkan ke Bapak Presiden yaitu sudah ada mutasi baru (virus COVID-19) yang masuk yaitu mutasi dari India, ada dua insiden yang sudah kita lihat dan dua-duanya di Jakarta dan satu insiden dari Afrika Selatan itu ada di Bali," kata Budi Gunadi di Kantor Presiden Jakarta.

Budi mengingatkan seluruh petugas lapangan untuk disiplin melakukan testing dan tracing terhadap kontak erat pasien. Selain itu kepada masyarakat yang terpapar untuk mengisolasi diri selama pemulihan kesehatan.

"Paling penting sekali lagi memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak karena apa pun virusnya, apa pun mutasinya, kalau kita disiplin protokol kesehatan harusnya penularan tidak terjadi. Itu sebabnya kenapa saya akan terus-menerus mengingatkan bahwa disiplin protokol kesehatan harus dijalankan oleh kita semua di mana pun kita berada," tegas Budi Gunadi.

Baca juga: UGM pastikan GeNose mampu deteksi infeksi COVID-19 varian baru
Baca juga: Satgas COVID-19: Varian B1617 belum ditemukan di Indonesia

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021