Pencapaian ini juga diikuti dengan pertumbuhan kredit 2,2 persen year on year, jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri dimana hingga kuartal I tahun 2021, total kredit yang disalurkan mencapai Rp559,33 triliun
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menilai digitalisasi layanan perbankan yang terus dikembangkan perseroan berhasil mendorong kinerja bank plat merah tersebut selama masa pandemi.

Direktur IT dan Operasi BNI YB Hariantono mengatakan pandemi COVID-19 telah mengakselerasi perubahan perilaku masyarakat untuk mengalihkan transaksinya dari cabang dan channel konvensional seperti ATM kepada layanan digital.

"Perseroan menyikapi hal ini dengan melakukan percepatan transformasi layanan digital yang berfokus pada tiga layanan champion," ujar Hariantono melalui keterangan di Jakarta, Senin.

Ketiga layanan tersebut yaitu pertama, peningkatan kapabilitas mobile banking secara berkelanjutan pada segmen konsumer. Kedua, peningkatan platform transactional banking yang kuat yaitu melalui produk BNI Direct dan solusi cash management terintegrasi untuk segmen korporasi. Dan Ketiga, perluasan layanan digital BNI melalui kerjasama dengan fintech, e-commerce, serta ekosistem bisnis lainnya melalui Application Programming Interface atau API Digital Service BNI.

BNI Mobile Banking disiapkan sebagai fasilitas layanan perbankan yang dominan untuk digunakan para nasabah ritel di mana hingga kuartal I 2021, jumlah penggunanya mencapai 8,56 juta atau tumbuh 58,4 persen,dibandingkan kuartal I 2020 yang sebesar 5,41 juta nasabah.

Dari sisi nilai transaksi pun tercatat Rp138 triliun pada Maret 2021 atau tumbuh 33,2 persen dibandingkan Maret 2020 sebesar Rp103 triliun. Adapun jumlah transaksi yang dilakukan melalui BNI Mobile Banking adalah sebanyak 95 juta pada kuartal I 2021 atau meningkat 50,4 persen dibandingkan kuartal I 2020 yang mencapai 63 juta transaksi.

"Tingginya animo pengguna BNI Mobile Banking disebabkan oleh fitur-fitur baru yang diluncurkan untuk melengkapi layanan di dalamnya, seperti biometric login, pembukaan rekening secara digital dengan fitur pengenalan wajah atau face recognition, peminjaman dana, pengelolaan tagihan kartu kredit, pengembangan e-wallet hingga pengembangan QR payment," kata Hariantono.

Inovasi fitur tersebut mendapatkan apresiasi dari penggunanya yang tercermin dari meningkatnya rating aplikasi BNI Mobile Banking di Android Play Store dari 3,6 di Agustus 2020 menjadi 4,9 di Maret 2021.

Kedua, platform digital transactional banking atau BNI Direct, yang menawarkan solusi terintegrasi untuk layanan payment management, collection management, liquidity management, value chain management, hingga open banking solution.

Hingga Maret 2021, jumlah nasabah cash management BNI mencapai lebih dari 72 ribu, meningkat 24 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan volume transaksi di tiga bulan pertama 2021 mencapai Rp968 triliun yang meningkat 22,7 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020. Hal ini mempertegas inisiatif BNI untuk terus meningkatkan layanan digital tidak hanya kepada nasabah ritel, namun juga kepada nasabah korporasi dan UMKM yang jumlahnya mencapai 83,6 persen dari total kredit yang disalurkan.

"Investasi berkelanjutan di platform transactional banking akan terus menjadi prioritas, mengingat hampir separuh dari dana murah BNI berasal dari nasabah aktif pengguna BNI Direct," ujar Hariantono.

Ketiga, API Digital Service BNI yang mulai dikembangkan sejak 2018, dan kini sudah menunjukkan hasil. Saat ini, BNI telah menyediakan 238 API services, terbanyak di antara bank di Indonesia, dengan jumlah pengguna lebih dari 3.000 klien.

API Digital Service BNI pada November 2020 lalu bahkan telah mendapatkan pengakuan internasional sebagai pemenang Best Overall Developer Portal – Community Prize Nominees, menyisihkan pesaing sebanyak 32 API Portal dari korporasi global berbagai negara.

BNI juga melanjutkan tren kinerja positif di tengah proses pemulihan ekonomi nasional. Pada kuartal pertama 2021, perseroan mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,1 persen year on year (yoy) mencapai Rp639,0 triliun, terutama dikontribusikan oleh peningkatan giro dan tabungan yang masing-masing tumbuh 13,1 persen dan 12,9 persen (yoy). Hal itu mempertegas posisi BNI sebagai salah satu franchise DPK yang kuat di industri.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, di tengah tren penurunan suku bunga kredit untuk mendorong perekonomian nasional, perseroan berupaya untuk memastikan pertumbuhan DPK yang sehat dalam rangka menjaga marjin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM). Pada kuartal pertama 2021, perseroan membukukan NIM yang membaik dari 4,5 persen pada akhir 2020 yang lalu menjadi 4,9 persen.

"Pencapaian ini juga diikuti dengan pertumbuhan kredit 2,2 persen year on year, jauh lebih baik dibandingkan rata-rata industri dimana hingga kuartal I tahun 2021, total kredit yang disalurkan mencapai Rp559,33 triliun," kata Hariantono.

Sementara itu, di tengah kondisi perkonomian yang masih menantang di tiga bulan pertama 2021, perseroan dapat merealisasikan pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp3,19 triliun. Pencapaian itu antara lain dikontribusikan dari recurring fee yang mencapai Rp2,91 triliun atau tumbuh 9,4 persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan recurring fee berasal dari komisi atas jasa transaksi perbankan seperti layanan cash management dan trade finance bagi segmen bisnis, serta layanan ATM, mobile banking, dan layanan elektronis atau e-channel lainnya di segmen ritel.

Tumbuh berkelanjutan

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan salah satu fokus utama kebijakan manajemen perseroan saat ini adalah adanya pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Oleh karena itu beragam langkah telah disiapkan demi mewujudkan kinerja yang berkelanjutan tersebut, yaitu antara lain menetapkan target kinerja yang berbasiskan profitabilitas, dan tidak hanya menekankan pada pertumbuhan aset semata.

Salah satu tolok ukurnya adalah Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP), atau laba perusahaan sebelum pencadangan. Pada kuartal I 2021, PPOP tercatat sebesar Rp7,84 triliun atau meningkat 5,9 persen dibandingkan kuartal I 2020, yaitu sebesar Rp7,4 triliun.

"Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perseroan untuk menghasilkan laba sebelum pencadangan terus meningkat dan bahkan telah diatas kondisi sebelum pandemi meluas di Indonesia di kuartal I tahun 2021," ujar Novita.

Bekal PPOP tersebut menambah ruang bagi perseroan untuk tetap mengambil langkah dan kebijakan strategis untuk memastikan kinerja keuangan perseroan tetap sehat dan berkelanjutan, diantaranya dengan secara konservatif membentuk pencadangan (CKPN) yang sesuai untuk menghadapi risiko penurunan kualitas aset serta menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang.

Itu sebabnya, pada kuartal I 2021, perseroan tetap membentuk CKPN yang tinggi sebesar Rp4,81 triliun atau meningkat 127,7 persen di atas CKPN kuartal I 2020 yang sebesar Rp2,11 triliun.

Dengan nilai CKPN yang dibentuk tersebut, perseroan melaporkan laba bersih pada kuartal I 2021 sebesar Rp2,39 triliun, dengan rasio kecukupan pencadangan ditetapkan pada level 200,5 persen, lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2020 yang sebesar 182,4 persen.

"Dengan fundamental yang semakin kuat dan berjalannya program transformasi perusahaan, termasuk transformasi layanan digital, kami yakin bahwa kinerja BNI hingga akhir tahun 2021 dapat lebih baik dibandingkan dengan tahun 2020," kata Novita.

Baca juga: BNI gandeng JP Morgan permudah pengiriman uang dari luar negeri
Baca juga: BNI salurkan bantuan produktif mikro 2021 kepada pelaku usaha
Baca juga: Laba bisnis BNI di Korea tumbuh 73,9 persen

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021