Melbourne (ANTARA) - Ribuan orang berkumpul di seluruh Selandia Baru dan Australia pada Minggu untuk menghormati personel militer pada Hari Anzac, setahun setelah pandemi COVID-19 memaksa orang untuk memperingati secara pribadi di pelataran dan di balkon.

Anzac Day awalnya memperingati pertempuran berdarah di semenanjung Gallipoli di Turki selama Perang Dunia Pertama. Pada 25 April 1915, ribuan pasukan dari Korps Angkatan Darat Australia dan Selandia Baru (ANZAC) termasuk di antara pasukan Sekutu yang lebih besar yang mendarat di pantai sempit semenanjung Gallipoli, dalam kampanye naas yang hendak merenggut lebih dari 130.000 nyawa. .

Hari ini, Hari Anzac menghormati semua pasukan dari semua konflik.

Pada Minggu, kerumunan pada upacara fajar biasanya dibatasi karena aturan kesehatan masyarakat COVID-19, tetapi ribuan diizinkan untuk berkumpul.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menghadiri sebuah upacara di Museum Peringatan Perang Auckland di mana dia memuji dedikasi para wanita yang telah mengabdi.

"Mereka adalah wanita yang membuka jalan bagi wanita untuk diintegrasikan sepenuhnya ke dalam kekuatan pertahanan kami yang kami kenal sekarang, di angkatan udara kami, angkatan laut kami, dan di tentara kami," kata Ardern.

Di negara tetangga Australia, Perdana Menteri Scott Morrison menghadiri upacara fajar di Australian War Memorial di Canberra dengan sekitar 4.000 orang.

Setelah mengumumkan pekan lalu bahwa Australia akan menarik sisa 80 tentaranya dari Afghanistan sejalan dengan rencana AS, Morrison memberikan penghormatan khusus kepada 41 warga Australia yang tewas dalam konflik itu.

"Ini perang terpanjang kami," kata Morrison. "Dunia lebih aman dari ancaman terorisme dibandingkan ketika menara kembar itu ditabrak hampir 20 tahun lalu. Tapi kami tetap waspada. Namun, ini harus dibayar mahal."

Upacara dibatalkan di Perth, ibu kota Australia Barat, dan wilayah Peel di dekatnya, di mana lebih dari 2 juta orang berada di bawah penguncian yang ketat selama tiga hari setelah wabah kecil COVID-19.

Namun, belum ada wabah komunitas besar selama berbulan-bulan baik di Australia maupun Selandia Baru, yang memungkinkan orang untuk bepergian dengan bebas antar negara mereka akhir-akhir ini, makan di luar, berkumpul dalam kerumunan, dan berhenti memakai masker wajah di banyak tempat.

Penutupan perbatasan, bersama dengan penguncian sekejap, pelacakan cepat dan kepatuhan masyarakat yang tinggi terhadap langkah-langkah kesehatan telah membuat kedua negara berhasil menekan pandemi. Australia telah menderita hampir 29.700 infeksi dan 910 kematian, sedangkan Selandia Baru memiliki 2.245 kasus dan 26 kematian.

Sumber: Reuters
Baca juga: Ribuan orang di Australia, Selandia Baru peringati Hari Anzac
Baca juga: Turki tahan tersangka yang diduga berencana serang ANZAC
Baca juga: PM Australia kunjungi Wellington jelang peringatan seabad Anzac Day

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021