Lavrio, Yunani (ANTARA News) - Sebuah kapal membawa bantuan untuk rakyat Palestina di Gaza yang diblokade Israel, pada Sabtu (10/7) meninggalkan Yunani hanya sebulan setelah sembilan aktivis tewas dalam serangan negara Yahudi itu terhadap armada bantuan dalam misi yang sama.

Para pelaksana mengatakan, kapal berbendera Moldova dengan 12 awak dan 10 aktivis berada di kapal tersebut, demikian laporan Reuters.

Kapal itu akan menuju Gaza namun akan singgah di pelabuhan Mesir El Arish jika ternyata dilarang mencapai tujuan mereka.

"Kami berharap Israel tidak akan melarang kapal untuk memasuki pelabuhan Gaza. Jika mereka putuskan melakukan tindakan itu tidak berarti kami tidak akan mencapai tujuan tersebut. Ini adalah misi perdamaian," kata Youssef Sawani, direktur eksekutif lawatan bantuan amal yang dikelola warga Libya.

"Tujuan utama kami dan niat kami adalah menyampaikan barang-barang bantuan itu kepada mereka yang memerlukan. Kegiatan itu tidak untuk membuat kejadian atau tontonan di laut luas atau di tempat manapun," katanya sebelum kapal bertolak dari pelabuhan Yunani, Lavrio.

Badan amal yang dipimpin oleh putra pemimpin Libya, Saif al-Islam Gaddafi adalah yang mengorganisasikan kunjungan itu.

Dia mengatakan, kapal membawa sekitar 2.000 ton pangan dan obat-obatan dan memenuhi peraturan internasional.

Kunjungan diperkirakan akan memerlukan waktu 70 sampai 80 jam.

Sembilan aktivis pro-Palestina tewas pada Mei, ketika pasukan marinir Israel menyerbu kapal bantuan kemanusiaan Turki yang memimpin konvoi bantuan bertujuan Gaza, memicu kemarahan internasional.

Israel mengatakan, pasukan komandonya diserang dengan pisau dan tongkat ketika mereka memasuki kapal bantuan itu dan bertindak untuk mempertahankan diri.

Israel mengatakan, Sabtu pihaknya dikontak oleh pemerintah Yunani, Mesir dan Moldova untuk memastikan bahwa kapal yang dicarter oleh Yayasan Pembangunan dan Amal Internasional Gaddafi tidak akan mencapai Gaza.

Dutabesarnya di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengirimkan surat kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Ketua Majelis Umum PBB Ali Treki dari Libya.

"Meskipun menyatakan maksud dan tujuan misi ini, kami sangat khawatir bahwa kebenaran tindakan-tindakan itu masih meragukan," tulis Gabriela Shalev.

"Misi ini sepenuhnya tidak ada jaminan," tulisnya, seraya menyerukan masyarakat internasional untuk memastikan bahwa kapal itu `tidak berlayar.`

Para penyelenggara mengatakan, kapal Amalthea, semula bernama Hope, hanya membawa pangan dan obat-obatan dan sepenuhnya sesuai dengan peraturan internasional.

Para pendukung badan amal yang melakukan lawatan sebagian besar warga Libya, selain itu terdapat seorang Nigeria dan seorang Marokko. Sedangkan awak kapal termasuk dari Kuba, Haiti, Suriah dan India.

PBB mengatakan, blokade Gaza yang dilakukan Israel menimbulkan krisis kemanusiaan di wilayah berpenduduk 1,5 juta itu, yang satu juta jiwa di antara mereka tergantung pada pasokan PBB dan bantuan asing lainnya.
(Uu.H-AK/H-RN/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010