Jakarta (ANTARA) - Kolaborasi antara tokoh-tokoh politik lintas negara dibutuhkan untuk menghidupkan semangat Konferensi Asia Afrika (KAA), terutama dalam mendorong kemerdekaan utuh bagi Palestina yang hingga kini menjadi satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung yang belum menikmati kemerdekaannya.

Hal itu dikatakan oleh praktisi dan pengajar hubungan internasional Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat, menjelang peringatan KAA yang ke-66 pada 18 April mendatang.

“Ya, nasib Palestina masih memprihatinkan. KAA ini kehilangan greget karena negara-negara terlalu percaya bahwa kerja sama dengan negara-negara besar akan berujung pada pemberian kemerdekaan dan pengakuan atas kedaulatan Palestina,” kata Dinna.

Alih-alih pemberian kemerdekaan dan pengakuan tersebut, lanjutnya, justru malah terbukti bahwa negara-negara besar ternyata selama bertahun-tahun hanya sebatas mengedepankan kepentingan sepihak.

Ia pun menegaskan bahwa menghidupkan kembali semangat KAA membutuhkan kolaborasi dari tokoh-tokoh politik lintas negara.

“Apakah para tokoh politik dari negara-negara penandatangan Deklarasi Bandung mau menginvestasikan waktu dan perhatiannya untuk membangun solidaritas tersebut?” ujar Dinna.

Indonesia sendiri terus menyatakan dukungan bagi kemerdekaan Palestina, yang kerap disuarakan dalam berbagai kesempatan.

Salah satunya dalam Sidang Majelis Umum ke-17 Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diselenggarakan pada September 2020 lalu, di mana Presiden Joko Widodo menekankan dukungan Indonesia untuk Palestina dan menggaungkan persamaan derajat semua negara yang ditegaskan oleh Presiden Soekarno dalam Konferensi Asia Afika di Bandung tahun 1955 silam.

Dia mengatakan bahwa hingga hari ini, Dasa Sila Bandung, yang merupakan hasil pertemuan KAA pertama yang berisi 10 poin, masih sangat relevan, termasuk dalam penyelesaian perselisihan secara damai, pemajuan kerja sama, dan penghormatan terhadap hukum internasional.

Adapun ‘Kemanusiaan dan Solidaritas’ menjadi tema yang diangkat oleh Kementerian Luar Negeri RI dalam memperingati 66 tahun Konferensi Asia Afrika pada 2021.

“Persamaan nasib dan semangat solidaritas yang melahirkan konferensi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika 66 tahun silam kembali menemukan relevansinya di saat dunia bersama-sama membangun solidaritas untuk berjuang menghadapi pandemi,” demikian Kementerian Luar Negeri RI, dikutip dari laman resmi kemlu.go.id.

Baca juga: Praktisi: KAA perlu dijadikan wadah dorong kesetaraan akses vaksin
Baca juga: Asia-Afrika tak akan tenang sebelum Palestina merdeka
Baca juga: Dubes: menolak aneksasi atas Palestina akan penuhi janji KAA Bandung


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021