Yogyakarta (ANTARA) - Ketika pandemi COVID-19 mulai melanda Indonesia pada awal Maret 2020, usaha mikro kecil menengah (UMKM) mengalami dampak cukup signifikan. Dampak ini terjadi karena orang mulai membatasi mobilitas dan interaksi untuk menghindari tertular penyakit yang disebabkan oleh virus corona tersebut.

Orang-orang menjadi enggan makan di rumah makan atau warung. Enggan berbelanja di toko atau ke pasar karena menghindari bertemu banyak orang yang berpotensi menularkan penyakit tersebut.

Kondisi itu memaksa para pelaku UMKM untuk mencari berbagai cara agar bisa mempertahankan usaha mereka. Pada saat itu pemasaran secara daring atau online memang sudah dilakukan sebagian pelaku UMKM tetapi belum masif karena banyak pembeli masih datang ke gerai atau tempat produksi mereka, pameran secara luring masih berjalan.Omzet mereka masih terjaga, pasar online mungkin menjadi sekadar tambahan.

Namun, serangan pandemi memaksa para pelaku yang belum mengenal internet untuk belajar mengenalnya dan mulai memasarkan produk mereka secara online. Mereka juga mulai belajar untuk bergabung dengan platform digital seperti shopee atau tokopedia.

Para pedagang kuliner kecil juga mulai ramai-ramai bergabung dengan aplikasi penyedia multi layanan seperti Gojek atau Grab demi meraih konsumen yang lebih luas. Mau tidak mau pelaku UMKM memang harus mengikuti tren konsumen yang ingin membeli makanan tanpa harus datang sendiri ke rumah atau pun warung makan.

Langkah tersebut ternyata mampu menggeliatkan kembali usaha mereka, bahkan sebagian mampu meningkatkan usaha. Banyak kisah sukses pelaku UMKM setelah melakukan transformasi digital menghiasi berbagai media di Tanah Air.

Pemerintah juga tidak tinggal diam. Melalui berbagai kebijakan seperti pemberian bantuan sosial untuk usaha mikro hingga digitalisasi UMKM dilakukan untuk membantu para pelaku UMKM bertahan di tengah pandemi. UMKM perlu diselamatkan karena dinilai sebagai salah satu penyangga ekonomi nasional.

Jika UMKM mampu bertahan dan tumbuh maka diyakini ekonomi nasional akan bergerak menuju pemulihan dari dampak pandemi. Untuk itu melalui berbagai cara dan kesempatan pemerintah terus mendorong kemajuan
digitalisasi UMKM.

Kemudian pemerintah melalui Kementerian Koordinator Perekonomian serta Kementerian Koperasi dan UKM menggelar pelatihan pemasaran digital bagi pelaku UMKM. Ribuan pelaku UMKM menjadi sasaran program pelatihan tersebut.

Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas UMKM melalui manajemen produk dan digital marketing. Melalui pelatihan tersebut diharapkan UMKM yang memiliki produk dapat meningkatkan kualitas produknya.

Sementara itu UMKM yang menjual produk dapat mendigitalisasi produknya dan meningkatkan akses pemasaran melalui platform digital. Selain menggelar pelatihan pemerintah juga melakukan pendampingan kepada para pelaku UMKM.

Pelatihan digitalisasi untuk UMKM juga dilakukan pihak swasta, seperti Grab Indonesia. Program pelatihan itu dilatarbelakangi peran besar UMKM bagi perekonomian dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia.

Pada masa pandemi, Grab telah mendigitalisasi lebih dari 650.000 UMKM di Indonesia dan memastikan 7.000 pasar tradisional dapat dijangkau pelanggan dalam aplikasi.

Pemerintah daerah juga tidak ketinggalan menggelar pelatihan digitalisasi bagi pelaku UMKM setempat dengan menggandeng berbagai pihak yang memang mumpuni di bidang digitalisasi baik untuk pemasaran mapun peningkatan kualitas produk.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur, misalnya, menggandeng Universitas Surabaya untuk menguatkan digitalisasi bagi pelaku UMKM.Tujuannya agar mereka bisa lebih masif melakukan proses perdagangan secara daring.

Tak ketinggalan Pemkot Semarang, Jawa Tengah, menjalin sinergi dengan Bank BNI untuk meningkatkan kapabilitas UMKM di sisi akses modal, pasar, dan digitalisasi. Pemkot Semarang juga meluncurkan fasilitas promosi gratis bagi pelaku UMKM setempat melalui ToMbakIta, dengan tagline Dodolan Munggah
Kelas.

Dengan fasilitas itu,UMKM di Kota Semarang akan lebih piawai dengan go digital dan pada akhirnya akan naik kelas menjadi go international.


Hasil digitalisasi

Program digitalisasi UMKM tersebut ternyata membuahkan hasil. Berdasarkan survei Bank Indonesia, UMKM yang melakukan transformasi dengan digitalisasi relatif bisa bertahan. Hasil survei BI menunjukkan bahwa 12,5 persen atau 370 UMKM tidak terdampak dan 87,5 atau 2.600 UMKM terdampak pandemi karena tidak melakukan transformasi digital.

Sebanyak 27,6 persen dari 370 UMKM yang tidak terdampak ternyata mampu meningkatkan penjualan
di tengah pandemi, sedangkan sisanya sebanyak 72,4 persen mampu meraih pendapatan yang stabil.

Manfaat program digitalisasi yang gencar dilakukan oleh pemerintah dan sejumlah pihak tersebut juga diakui oleh para pelaku UMKM, di antaranya sejumlah pelaku UMKM di objek wisata Danau Toba, Sumatera Utara.

Mereka mengakui bahwa transformasi digital telah memudahkan mereka dalam menjalan bisnis baik dalam mempromosikan produk maupun dalam hal transaksi secara nontunai. Melalui digitalisasi, UMKM lokal dapat menjangkau pasar nasional dan bahkan internasional.

Bahkan salah satu pelaku UMKM di Bogor,Jawa Barat, mampu menembus pasar ekspor di tengah pandemi berkat digitalisasi. Lewat produk sepatu wanita bermerek Pollenzo, Uda Irman dari Ciomas,Bogor, mampu merambah pasar ekspor di Singapura dan Malaysia. Saat ini pesanan juga datang dari Thailand. Pesanan ekspor itu datang setelah ia bergabung dengan program pasar ekspor Shopee.

Mengingat manfaat program ini pemerintah perlu memperbanyak sosialisasi dan pelatihan untuk menjangkau lebih banyak lagi pelaku UMKM di seluruh wilayah Indonesia. Pelatihan digitalisasi juga akan mendorong pelaku UMKM semakin kreatif baik dalam menghasilkan maupun memasarkan produk.

Soal kreativitas ini juga diakui oleh Menteri Perdagangan Luthfi. Kreativitas para pelaku UMKM telah membantu Indonesia untuk bergerak menuju pemulihan dari dampak pandemi. Kreativitas juga memunculkan banyak pelaku UMKM baru di tengah pandemi.

Pandemi COVID-19 yang belum diketahui dengan pasti kapan akan berakhir telah memberikan dampak yang merugikan bagi sebagian besar UMKM di Tanah Air. Namun langkah cepat pemerintah bersama banyak pihak telah menurunkan dampak merugikan tersebut dan membantu UMKM menuju pemulihan.


Baca juga: LKPP gandeng BukaPengadaan untuk optimalkan UMKM di ranah digital

Baca juga: UMKM akui digitalisasi mudahkan berbisnis

Baca juga: Luhut minta Kominfo dukung digitalisasi produk wisata Indonesia

Copyright © ANTARA 2021