Los Angeles (ANTARA) - Polisi mencari petunjuk pada Rabu terkait penyebab seorang pria berusia 21 tahun, yang dideskripsikan sebagai paranoid dan marah untuk melepaskan tembakan di sebuah supermarket di Colorado, sehingga menewaskan 10 orang dalam penembakan massal di Amerika Serikat yang kedua dalam sepekan.

Tersangka Ahmad Al Aliwi Alissa berada di dalam penjara menunggu persidangan pertamanya usai mengamuk pada Senin (21/3) di supermarket King Soopers di area Table Mesa kota Boulder, sekitar 28 mil (45 km) ke arah barat laut dari Denver.

Dia menghadapi 10 tuntutan pembunuhan tingkat satu dan satu tuduhan percobaan pembunuhan.

Pertumpahan darah itu terjadi sepekan setelah seorang pria bersenjata menembak mati delapan orang di tiga lokasi spa di area Atlanta.

Kepolisian dan para agen Biro Investigasi Federal (FBI) telah mengatakan bahwa terlalu cepat untuk berspekulasi terkait motif tersangka dalam penembakan di Colorado. Kakak laki-laki Alissa, yang berusia 34 tahun, mendeskripsikan adiknya sebagai antisosial dan paranoid kepada Daily Beast.

Adapun kakak ipar tersangka mengatakan kepada polisi pada Senin malam bahwa dia telah "mengutak-atik" sebuah senjata berapi yang disebutnya mirip "senapan mesin" dua hari sebelumnya, membuat anggota keluarga kesal, menurut dokumen pernyataan penangkapan yang terdaftar terkait kasus tersebut.

Alissa, penduduk AS melalui naturalisasi yang lahir di Suriah, telah bersinggungan dengan hukum setidaknya dua kali, menurut juru bicara Departemen Kepolisian Arvada, termasuk laporan kriminal atas penyerangan tingkat tiga pada tahun 2017 dan kejahatan kriminal pada tahun 2018.

Detil lebih lanjut belum dapat diakses, dan belum jelas apakah Alissa sempat dihukum akibat pelanggaran.

Pria bersenjata itu tiba di outlet King Soopers dengan membawa senapan semi-otomatis model AR dan pistol dan mengenakan rompi taktis, menurut pernyataan tertulis penangkapan.
 
Pernyataan tertulis itu juga mengatakan bahwa data penegak hukum menunjukkan enam hari sebelumnya Alissa membeli pistol Ruger AR-556, senjata yang menyerupai senapan semi-otomatis.
 
Sepuluh orang yang terbunuh termasuk Eric Talley, seorang veteran 11 tahun dari kepolisian Boulder yang termasuk di antara petugas pertama di tempat kejadian. Talley, 51 tahun, adalah ayah dari tujuh anak yang mencari pekerjaan yang tidak terlalu berbahaya, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh ayahnya.
 
Denny Stong, 20 tahun; Neven Stanisic, 23 tahun; Rikki Olds, 25 tahun; Tralona Bartkowiak, 49 tahun; Suzanne Fountain, 59 tahun; Teri Leiker, 51 tahun; Kevin Mahoney, 61 tahun; Lynn Murray, 62 tahun; dan Jody Waters, 65 tahun turut terbunuh dalam kejadian tersebut. Stong, Olds dan Leiker bekerja di toko tempat kejadian.
 
Saksi mata mengatakan kepada polisi bahwa penyerang membunuh satu orang di dalam kendaraannya kemudian menembak mati seorang lainnya di tempat parkir. Pelaku berdiri di atasnya, menembak beberapa kali, sebelum memasuki toko untuk melanjutkan amukannya.
 
Saat ditangkap, Alissa tidak menjawab pertanyaan tetapi meminta untuk bicara dengan ibunya, menurut keterangan tertulis.
 
Tugu peringatan darurat berupa bunga, lilin nazar dan pesan belasungkawa bermunculan pekan ini di luar supermarket dan di markas besar polisi.
 
Dua penembakan massal yang hanya berjarak enam hari telah menekan Presiden AS Joe Biden untuk memberlakukan batasan yang lebih ketat pada kepemilikan senjata. Legislasi untuk memperketat pemeriksaan latar belakang dan melarang senjata gaya serbu di seluruh negeri terhenti di tengah penentangan Partai Republik di Kongres.
 
Colorado telah menyaksikan beberapa episode kekerasan senjata paling mengejutkan dalam sejarah AS, termasuk penembakan massal tahun 2012 di sebuah bioskop di Aurora dan amukan tahun 1999 di Sekolah Menengah Columbine, dekat Littleton.

Sumber: Reuters

Baca juga: Penembakan massal di Colorado AS tewaskan 10 orang, termasuk polisi

Baca juga: Aparat keamanan Georgia: Penembakan spa masih diselidiki

Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021