Jakarta (ANTARA) - Emiten pertambangan logam PT Timah Tbk (Persero) dengan kode saham TINS telah menyiapkan sejumlah strategi di tahun 2021 untuk memperbaiki neraca keuangan perusahan yang telah merugi selama dua tahun berturut-turut.

Direktur Keuangan PT Timah Wibisono mengatakan pihaknya akan berusaha melunasi utang guna mengurangi beban keuangan, sehingga kinerja perseroan bisa mengalami peningkatan.

"Kami punya inventori backlog yang dicatat sebagai aktiva lancar, kemudian kami proses dengan tanur agar menjadi uang," kata Wibisono di Jakarta, Senin.

Perseroan memanfaatkan backlog atau persediaan timah setengah jadi untuk dilebur menjadi logam timah dengan spesifikasi standar London Metal Exchange (LME).

Pada 2020, total backlog milik PT Timah tercatat senilai Rp1,9 triliun pada 2020. Setelah backlog diproses menjadi uang, kemudian dibayarkan untuk mengurangi jumlah utang.


Baca juga: PT Timah akan dongkrak kontribusi tambang laut, jadi 40 persen


"Slag ini bisa menghasilkan pendapatan, kami mengubahnya dari investori menjadi cash, kemudian ditawarkan untuk utang," kata Wibisono.

Selain itu, perseorangan juga berencana melakukan efisiensi dan restrukturisasi pajak.

Merujuk laporan keuangan tahun 2020, rugi bersih perseroan pelat merah ini tercatat mencapai Rp340,60 miliar, angka rugi bersih ini turun bila dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya senilai Rp611,28 miliar.

Total liabilitas sebesar Rp9,57 triliun atau menyusut 36 persen bila dibandingkan liabilitas tahun 2019 yang mencapai Rp15,1 triliun. Adapun jumlah pinjaman milik anggota indeks Kompas100 ini sebanyak Rp4,56 triliun yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan ke depan.


Baca juga: PT Timah akan produksi perdana batu bara kalori tinggi tahun ini


Jumlah aset PT Timah mencapai Rp14,51 triliun per 31 Desember 2020. Kas dan setara kas sebesar Rp807,30 miliar, menurun bila dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp1,6 triliun.

Sedangkan dari sisi fundamental keuangan PT Timah berangsur membaik, Gross Profit Margin (GPM) yang sebelumnya 5,91 persen sekarang menjadi 7,36 persen.

"Operating cash flow tahun lalu minus Rp2,08 triliun saat ini Rp5,4 triliun, dari situ EBITDA juga naik yang sebelumnya Rp909 miliar menjadi Rp1,16 triliun. Uang yang berasal dari operating cash flow tadi untuk melunasi pinjaman," kata Wibisono.


Baca juga: PT Timah targetkan pembangunan smelter rampung akhir 2021

Baca juga: Teknologi Tekmira ESDM perpanjang umur produksi PT Timah 12 tahun

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021