Beijing (ANTARA) - Huawei merambah Indonesia sejak tahun 2000 dan sampai saat ini di Indonesia mempekerjakan 2.000 orang karyawan,  yang 88 persen di antaranya merupakan penduduk lokal.

Dalam kemitraannya dengan Indonesia pula, Huawei turut membantu membidani kelahiran 500 perusahaan rintisan dan UMKM yang bergerak di 15 sektor sehingga bisa mencetak 20.000 lapangan kerja.

Perusahaan penyedia infrastruktur tekonologi komunikasi dan gawai cerdas yang didirikan di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China, pada tahun 1987 itu telah melayani sejumlah operator telekomunikasi utama di Indonesia lebih dari 20 tahun.

Sejak Januari 2021, Huawei membuka Huawei ASEAN Academy Engineering Institute dan bekerja sama dengan 33 perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Program tersebut telah memberikan manfaat bagi 12.000 teknisi dan 7.000 mahasiswa di Indonesia.

Pewarta ANTARA-Beijing M. Irfan Ilmie berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Jay Chen, Vice President of Huawei Wilayah Asia-Pasifik, di Hotel Oriental Mandarin, Beijing, pada Rabu (10/3/2021) petang. Wawancara dilakukan dalam bahasa Inggris, berikut terjemahannya:

ANTARA: Hai, apa kabar? Senang sekali bertemu Anda.

Jay Chen: Kabar baik. Saya dengar minggu-minggu ini Anda sangat sibuk melakukan kegiatan Lianghui (Sidang Tahunan Parlemen China Dua Sesi di Beijing). Saya senang Anda masih bisa menyediakan waktu untuk mewawancarai saya. Apalagi Anda, satu-satunya perwakilan media dari Indonesia di China.

ANTARA: Ha...ha...

Jay Chen: Silakan duduk. (Berbasa-basi sejenak di restoran hotel yang berada di kawasan Wangfujing, salah satu pusat keramaian di tengah Kota Beijing)

ANTARA: Huawei sudah 20 tahun di Indonesia. Pengalaman apa yang bisa Anda bagikan dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan Indonesia?

Jay Chen: Pertama kali saya berkunjung ke Indonesia pada tahun 2000. Saya masih ingat, suatu malam di Jakarta, saya melihat beberapa bangunan lebih bersinar terang (oleh lampu-lampu) daripada di Beijing. Kondisi jalanan juga lebih bagus. Lalu pada hari kedua, saya jalan-jalan pagi sambil berpikir bahwa negara ini besar dalam industri telekomunikasi. Populasi penduduknya banyak dan banyak pula anak mudanya. Pada saat itu sudah banyak orang menggunakan telepon genggam Nokia, hampir setiap orang menggunakannya. Hal itu membantu pemikiran saya bahwa negara ini sangat potensial dalam sektor industri telekomunikasi.

ANTARA: Anda datang (pertama kali ke Indonesia) tahun 2000?

Jay Chen: Iya. Saat itu orang masih pakai Nokia tapi masih belum smartphone. Semua orang pakai ponsel. Anak muda pakai. Sopir juga pakai. Kalangan pebisnis ada yang pakai Blackberry. Waktu itu masih GSM 2G. Tapi saat itu situasi Jakarta benar-benar nyaman.

ANTARA: Lalu...?

Jay Chen: Secara bertahap industri ICT (teknologi informasi dan komunikasi) sedikit demi sedikit lebih maju. Selanjutnya saya mengirimkan tim (untuk menjajaki pasar di Indonesia). Kami sadar negara ini berpotensi menjadi pasar strategis bagi kami di kawasan Asia-Pasifik sehingga 20 tahun berikutnya, kami menjadikan Indonesia sebagai mitra terpenting kami dalam bidang industri teknologi informasi dan komunikasi. Hampir semua operator telekomunikasi di Indonesia telah menjadi mitra kami. Kami juga telah menyediakan jaringan telekomunikasi berbasis 2G, 3G, dan 4G. Kami juga menyediakan jaringan transmisi yang menjadi tulang punggung industri ini.

ANTARA: Sejauh mana pertumbuhan bisnis Huawei di Indonesia?

Jay Chen: Kami tumbuh dalam pasar ini. Kami juga berkembang di pasar ini. Kami telah menyediakan kebutuhan jaringan dasar bagi 70 persen populasi masyarakat di Indonesia. Kami telah memperkenalkan teknologi informasi dan komunikasi ke pasar Indonesia.

ANTARA: Apa yang Anda lakukan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia?

Jay Chen: Kami memberikan pelatihan kepada talenta lokal sehingga hal ini menjadikan kualitas sumber daya manusia di Indonesia berkembang bersama Huawei Group. (wawancara terhenti sebentar karena dia meminta stafnya untuk mengurangi volume suara musik di restoran hotel tersebut).
Pelayanan jaringan dan pemenuhan kebutuhan dasar telekomunikasi serta transfer teknologi baru terhadap talenta ICT lokal terus berkembang. Semuanya bernilai sangat positif dalam 20 tahun terakhir. Sekarang kami juga mengembangkan infrastruktur telekomunikasi. Huawei juga punya cloud industry (sistem digitalisasi komputer untuk memenuhi kebutuhan beberapa sektor industri).

ANTARA: Apa harapan Anda pada tahun-tahun berikutnya?

Jay Chen: Kami selalu mengandalkan mitra industri ini di Indonesia. Kami juga ingin berkontribusi di bidang ini dalam jangka panjang di Indonesia. Oleh karena itu kami memiliki rencana strategis jangka panjang di Indonesia agar terus bisa berkontribusi dalam pembangunan jangka panjang.

ANTARA: Konkretnya seperti apa?

Jay Chen: Yang harus Anda ketahui bahwa bisnis kami tumbuh dan dinamis. Kami bisa menciptakan iklim bisnis, perdagangan dan sekarang kami sedang membangun bisnis baru, yakni Cloud Business di Indonesa. Kami juga selalu bertransformasi baru sehingga bagaimana kami bisa memberikan kontribusi sosial juga kepada warga lokal. Tahun lalu kami menempatkan beberapa SDM untuk menjalankan satu program yang bernama ICT Talents (pengembangan minat dan bakat di bidang teknologi komunikasi dan informasi). Kami bermitra dengan pemerintah Indonesia sehingga dalam lima tahun ke depan kami ingin bisa melatih 100.000 orang melalui program ICT Talents. Jumlah ini hanya untuk orang Indonesia loh. Program ini sudah kami luncurkan pada tahun lalu melalui penandatanganan MoU dengan Indonesia. Program ini tidak hanya untuk para teknisi, melainkan juga untuk kalangan kampus, pegawai pemerintahan, dan kalangan yang lebih luas lagi. (menyeruput teh)

(Dalam mendukung akselerasi transformasi pendidikan digital, Hauwei telah menandatangani MoU dengan Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk memberikan pelatihan jarak jauh di bidang komputasi awan kepada 1.000 mahasiswa dari 500 perguruan tinggi di Indonesia)

ANTARA: Bagaimana prospek bisnis 5G di Indonesia?

Jay Chen: Kami sangat mengerti saat ini pemerintah Indonesia masih fokus membangun jaringan 4G di beberapa wilayah agar mendapatkan kualitas telekomunikasi yang lebih bagus. Kami juga mendukung pemerintah operator untuk mempersiapkan spektrum 5G. Namun sebelum itu, kami akan fokus dulu pada jaringan 4G agar bisa mencakup daerah-daerah terpencil dengan kualitas yang lebih bagus lagi. Kami juga fokus pada pengembangan ICT Talents agar mereka bisa familier dulu dengan 4G, dan nanti tentunya dengan 5G.

(PT Telkomsel bersama Huawei Indonesia melaksanakan program BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informasi RI menghadirkan jaringan 4G LTE di daerah terluar Indonesia. Dalam sinergi itu pula, Telkomsel dan Huawei melakukan transisi jaringan dari 2G ke 4G di Sumatra dan Nusa Tenggara).

ANTARA: Sejauh mana manfaat dan kelebihan jaringan 5G itu?

Jay Chen: Begini ya. Sejatinya 5G itu bukan untuk kepentingan individu saja, melainkan pada saatnya nanti 5G sangat penting bagi industri, seperti bidang kesehatan, pendidikan, manufaktur, transportasi, pertanian dan pertanian. Yang pasti, 5G sangat dibutuhkan oleh sektor industri.

ANTARA: Contohnya seperti apa?

Jay Chen: Perlu Anda ketahui, sebelum 5G, ada 4G, 3G, 2G yang hanya bisa digunakan untuk kebutuhan individu seperti menelepon, internet, mengunggah dan mengunduh konten data dan gambar. Akan tetapi 5G jauh lebih penting untuk industri. Saya kasih Anda contoh, pelabuhan Yangshan di Shanghai, itu pelabuhan terbesar. Kapasitas tahunannya bisa mencapai 13 juta kontainer. Ini baru satu pelabuhan. Mungkin kapasitas Yanghsan sama dengan kapasitas total tahunan di India. Jadi, satu pelabuhan saja kapasitasnya sama dengan kapasitas satu negara. Pelabuhan ini menggunakan teknologi berbasis 5G yang menjalankan semua sistem kendali secara otomatis, termasuk juga kendali manajemen. Teknologi 5G ini juga digunakan di sektor industri transportasi dan pelayanan medis seperti di rumah sakit. Makanya 5G ini sangat penting. Kami juga akan berikan contoh bahwa di China, saya yakin Anda pasti tahu, setiap tahun di Provinsi Shanxi terjadi berbagai peristiwa kecelakaan di areal tambang, di tambang batu bara dan terakhir pada bulan lalu (kecelakaan juga terjadi) di tambang emas di Provinsi Shandong. Di Shanxi terdapat 5.000 tambang batu bara, sering kali terjadi kecelakaan demi kecelakaan. Ini masalah besar. Pemerintah sangat serius memperhatikan masalah ini, terutama menyangkut regulasi dan keamanan tambang yang tidak tersedia bagi pekerja tambang.Tapi setelah ada 5G, kami gunakan otomatisasi pertambangan, kami gunakan kamera di bawah tanah. Pekerja hanya bekerja dari kantor. Dia bisa mengendalikan apa saja melalui kamera itu dan juga bisa dari kantor untuk melakukan pengeboran. Sekarang ini tidak ada lagi pekerja tambang di bawah tanah. Ini semua karena mengaplikasikan jaringan 5G.
Huawei berperan penting di China dalam industri pertambangan sehingga bisa mengurangi orang yang bekerja areal tambang, tidak ada lagi orang bekerja di bawah tanah, semua orang bekerja dari kantor. Itulah alasannya kenapa 5G perlu diaplikasikan. Kami butuh waktu untuk mempersiapkan hal ini di Indonesia. Inilah yang menjadi perhatian utama kami.

ANTARA: Bagaimana pengembangan bisnis Huawei di Indonesia, khususnya pada beberapa kelompok usahanya?

Jay Chen: Kecuali CNBG (kelompok usaha yang bergerak pada jaringan operator) sebagai bisnis inti Huawei, CABG (kelompok usaha komputasi awan dan kecerdasan artifisial), EBG (kelompok usaha layanan kebutuhan perusahaan internet), dan CBG (kelompok usaha yang melayani kebutuhan pelanggan) juga akan berkembang pesat pada masa yang akan datang. Kami memahami, ini sangat penting bagi pemerintah Indonesia dan pelaku usaha dan perdagangan yang berbasis internet. India telah melakukan perubahan besar-besaran di sektor ini. Kami akan menerapkannya di Indonesia karena kami melihat populasi yang besar yang didominasi anak muda. Kami sangat optimistis akan banyak lahir unicorn dan bicorn baru perusahaan internet di Indonesia melalui jaringan yang saya sediakan. Nanti banyak perusahaan rintisan yang bisa mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu, kami sangat fokus berinvestasi di bidang ini di Indonesia.
Semua dari kami sangat yakin bahwa Indonesia merupakan pasar strategis sehingga investasi kami di pasar ini sangat besar. Kami juga optimistis bahwa kami bisa memfasilitasi pemerintah Indonesia dalam hal transformasi digital.

ANTARA: Bagaimana pandangan Anda dengan rencana pemerintah Indonesia membangun ibu kota baru?

Jay Chen: Kalau tidak salah, kami dengar untuk sementara waktu program itu masih ditangguhkan. Namun, jika program itu dilanjutkan lagi, tentu saja kami akan berperan positif. Kami sangat yakin bisa menyumbangkan pengalaman global kami di ibu kota baru itu nanti.

ANTARA: Apa kontribusi Huawei selama pandemi?

Jay Chen: Ini pertanyaan sangat bagus. Selama pandemi, tidak hanya di Indonesia, kami berkontribusi di semua negara di kawasan Asia-Pasifik. Kami bekerja sangat keras untuk memberikan bantuan. Kami akan membagikan pengalaman sulit. Pada saat pandemi, kami memberikan transmisi microwave di pulau terpencil di Indonesia. Karena tidak ada jaringan kabel serat optik, maka kami gunakan transmisi microwave. Kami bangun itu di satu pulau yang saya lupa namanya. Kami menyediakan jaringan telekomunikasi yang bagus untuk pemerintah Indonesia dalam melaksanakan tanggap darurat di pulau yang terisolasi itu.
Yang kedua, kami memberikan bantuan pada kapal pesiar Diamond Princess (kapal pesiar yang dikenai lockdown di perairan Jepang setelah satu penumpangnya positif COVID-19 pada awal Februari 2020). Kami sediakan jaringan komunikasi untuk membantu orang-orang di kapal itu.
Kami juga menyediakan jaringan di beberapa rumah sakit. Kami bantu para dokter mencarikan solusi dan penanganan yang cepat untuk para pasiennya yang terinfeksi COVID-19. Selain itu, kami juga memberikan bantuan masker dan perlengkapan kesehatan lainnya ke sejumlah negara. Dan yang paling penting adalah kami harus menyediakan fasilitas internet yang memadai karena selama pandemi ini, 50 aktivitas pekerjaan harus dilakukan secara daring.

(Huawei juga menyokong PT Telkom dan TNI Angkatan Laut dalam membangun infrastruktur telekomunikasi di Pulau Sebaru untuk memberikan dukungan yang memadai bagi 260 pekerja kapal pesiar yang dikarantina setelah melewati masa-masa krisis pandemi di atas kapal pesiar Princess Diamond dan kapal pesiar World Dream. Huawei juga menyediakan Wifi6 di RSPAD Gatot Subroto dan menyediakan teknologi kecerdasan artifisial di RSUP Pertamina)

ANTARA: Khusus Indonesia, bantuan apa lagi yang pernah diberikan oleh Huawei?

Jay Chen: Ini hal lain yang sangat menarik bagi kami. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan setiap tahun terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus. Kami selalu mengirimkan tim ke lokasi bencana untuk melakukan tanggap darurat. Tim kami selalu bekerja keras melakukannya. Maka hal ini pula yang sampai sekarang kami lakukan di Indonesia selama masa pandemi.
 
Jay Chen, Vice President Asia-Pacifiic Region, Huawei (kanan) dalam wawancara eksklusif bersama ANTARA Beijing pada 10 Maret 2021. (ANTARA/Dok-Huawei)


Tentang Jay Chen:
Jay Chen bergabung dengan Huawei sejak tahun 2000 dan pada tahun itu pula sempat berkunjung ke Jakarta. Sebelum ditunjuk sebagai VP Huawei wilayah Asia-Pasifik, bapak dua dua orang putra dan satu putri itu pernah menjabat CEO Huawei di India. Selama bertugas di India, peraih gelar master dari East China Normal University, Shanghai, itu dikenal dekat dengan kalangan media.  


Baca juga: Kemendikbud-Huawei sediakan "cloud e-learning" bagi perguruan tinggi

Baca juga: Huawei berencana buat mobil listrik?

Baca juga: Inggris larang pemasangan peralatan 5G Huawei mulai September 2021


 

Perjuangan Meng Wanzhou buktikan dirinya tak bersalah

Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021