Wamenkes: Semua aspek pengobatan secara digital belum dapat menggantikan aspek pengobatan secara langsung.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menilai bahwa layanan kesehatan berbasis digital merupakan salah satu bentuk dari penyelarasan industri 4.0 dan society 5.0.

"Untuk menyelaraskan teknologi revolusi industri 4.0 dan society 5.0 maka bentuk implementasi itu muncul di dalam platform-platform kehidupan dan budaya manusia, salah satunya adalah bagaimana kemudian manusia melakukan transformasi pengobatan yang tadinya konvensional kemudian beralih pada pengobatan secara digital," ujar Wamenkes Dante dalam konferensi pers daring peluncuran aplikasi "Good Doctor" di Jakarta, Senin.

Ia menyampaikan bahwa industri 4.0 bercirikan pada internet of things (IoT), artificial intelligence (AI) dan big data. Dan kemajuan dari industri 4.0 tersebut kemudian diikuti oleh revolusi society 5.0.

Baca juga: Wamenkes: Uji klinis plasma konvalesen butuh lebih banyak donor

"Saya sampaikan bahwa revolusi industri saja tidak cukup untuk mengajarkan teknologi ke tengah-tengah kebudayaan manusia, tetapi dengan adanya revolusi society 5.0, yang pertama kali dicetuskan oleh Shinzo Abe di Davos, Swiss tahun 2019 bahwa teknologi itu adalah untuk manusia dan manusia adalah bagian dari teknologi 4.0 tersebut," paparnya.

Ia mengatakan salah satu bentuk yang menggabungkan antara revolusi 4.0 dan society 5.0 adalah telemedis.

"Mengenai hal itu maka aplikasi layanan kesehatan seperti Good Doctor kemudian muncul sebagai salah satu platform yang menjembatani kebudayaan manusia dalam melakukan pengobatan secara modern," ucapnya.

Baca juga: Wamenkes apresiasi modifikasi pendaftaran vaksinasi COVID-19 Surabaya

Dalam kesempatan itu, Dante mengingatkan kemudahan yang didapatkan dalam melakukan pengobatan secara digital tetap harus diikuti oleh beberapa aspek, antara lain adalah data yang harus terverifikasi dengan baik, terlindungi, dan pengobatan harus dilakukan dengan tenaga medis yang optimal.

Ia juga mengatakan bahwa semua aspek pengobatan secara digital belum dapat menggantikan aspek pengobatan secara langsung.

"Tetapi kira-kira 70 - 80 persen pengalaman dalam telemedicine telah memberikan aspek-aspek positif yang bisa menggantikan pengobatan secara langsung," kata Dante.

Baca juga: 2,5 juta kasus kanker habiskan biaya pengobatan hingga Rp3,5 triliun

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021