Mereka menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi setiap hari
Kupang (ANTARA) - Pemerintah Nusa Tenggara Timur menyebutkan 1,3 juta anak berusia sekolah di daerah ini belum bisa berbahasa Indonesia karena selalu menggunakan bahasa ibu dalam berkomunikasi setiap hari.

"Mereka menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi setiap hari sehingga saat masuk sekolah dasar belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik," kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi NTT, Benyamin Lola saat membuka kegiatan temu inovasi NTT yang membahas "Penggunaan Bahasa Ibu dalam Pembelajaran Kelas Awal Isu dan Peluang" yang dilakukan secara virtual, Rabu.

Kegiatan yang dilaksanakan Kantor Bahasa Provinsi NTT bersama Inovasi (Inovasi Untuk Anak Indonesia) untuk merayakan hari bahasa ibu internasional tahun 2021.

Diskusi yang diikuti lebih dari 700 peserta terdiri dari para guru dari berbagai daerah di Indonesia dan kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di NTT serta pegiat literasi, Direktur Program Inovasi Mark Heyward dan Manager Program Inovasi NTT, Hironimus Sugi serta Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Syaiful Bahri Lubis.

Menurut Benyamin Lola penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran kelas awal sangatlah penting guna mendorong siswa mulai belajar dengan sukses di sekolah.

Ia mengatakan, Provinsi NTT memiliki 73 bahasa daerah yang dijadikan sebagai bahasa ibu oleh 1,3 juta anak di NTT.

"Mereka menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi setiap hari sehingga saat masuk ke sekolah dasar mereka belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan lancar,"kata Benyamin Lola.

Baca juga: Disdik Papua minta bahasa ibu dipertahankan melalui rumah baca

Baca juga: Maestro syair "Dideng" Jambi siap tampil pada ajang Hari Bahasa Ibu

Dia menambahkan dengan kosa kata yang terbatas bahkan sangat asing sama sekali terhadap bahasa Indonesia menyulitkan para siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia di sekolah.

Sementara dalam sistem pendidikan nasional bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan belajar di sekolah.

Banyaknya siswa menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi sehingga berdampak pada capaian hasil belajar siswa.

"Anak datang ke sekolah tetapi belum tentu berhasil belajar karena terkendala bahasa yang digunakan di sekolah," kata Benyamin Lola.

Menurut mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTT itu pendekatan penggunaan bahasa ibu di kelas khususnya pada jenjang pendidikan dasar perlu diikuti persiapan guru dalam mengaplikasi pendekatan personal dengan siswa secara baik.

Apalagi kata dia, guru selama mengikuti pendidikan keguruan tidak disiapkan keterampilan untuk mengajar anak dengan menggunakan bahasa ibu.

"Pemerintah NTT terus berupaya mendorong anak-anak masuk sekolah dengan membangun kerjasama dengan Inovasi serta Kantor Bahasa NTT untuk mengatasi persoalan pendidikan anak-anak NTT yang menggunakan bahasa ibu dan belum mampu berbahasa Indonesia sebagai bahasa ajar di kelas,"tegas Benyamin Lola.

Sementara itu Direktur Program Inovasi, Mark Heyward mengatakan penggunakan bahasa ibu bagi siswa kelas awal sangatlah penting untuk membantu siswa dalam proses belajar pengajar di sekolah.

"Kita harus bisa memastikan para guru-guru untuk bisa mengajar anak-anak dengan menggunakan bahasa ibu, karena sudah banyak bukti kualitas pendidikan anak-anak menjadi lebih baik,"tegasnya.

Ia juga berharap ketersediaan buku-buku dengan menggunakan bahasa ibu juga perlu tersedia di sekolah-sekolah di NTT untuk siswa pada kelas awal di sekolah guna menunjang proses belajar mengajar terhadap anak yang mengalam kendala bahasa dalam belajar. 

Baca juga: Kemampuan berbahasa daerah jadi penilaian utama Anugerah Sastera Rancage

Baca juga: Hari Bahasa Ibu momentum pengembangan budaya lokal

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021