Bangkok (ANTARA) - Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha serta sembilan menteri negara itu  lolos dari mosi tidak percaya di parlemen pada Sabtu, setelah perdebatan berlangsung selama empat hari.

“Hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa terdapat kepercayaan,” kata Presiden Majelis Nasional Chuan Leekpai, ketika mengumumkan hasil, yang telah diperkirakan demikian sebelumnya.

Para legislator oposisi mengincar aspek yang mereka sebut sebagai kelambanan pemerintah dalam program vaksinasi dan kebijakan ekonomi. Mereka juga berjanji akan terus menyelidiki.

“Kami telah membuka luka dan sekarang akan menabur garam di atasnya,” kaya Pita Limjaroenrat, ketua Partai Maju—pihak oposisi, setelah pengumuman suara.

Prayuth, yang menggulingkan perdana menteri terpilih pada 2014 dan tetap berkuasa setelah pemilu 2019 –yang disebut lawannya penuh kecurangan, sudah diperkirakan akan lolos dari mosi tidak percaya karena memiliki mayoritas koalisi pemerintahannya di majelis rendah.

Kemenangan pihak pemerintah itu terjadi seiring dengan aksi protes pro demokrasi yang kembali muncul setelah sempat rehat akibat gelombang kedua COVID-19.

Para peserta aksi berkumpul di depan gedung parlemen pada Jumat (19/2), dan mengantisipasi pemungutan suara tersebut. Mereka juga telah menyiapkan diri untuk berunjuk rasa pada Sabtu.

Sebelumnya pada bulan ini, para pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan aktivis terlibat bentrokan dengan pihak kepolisian.

Protes yang dipimpin kaum muda pada tahun lalu melibatkan ratusan ribu peserta aksi, serta berhasil menduduki lokasi komersial utama di Bangkok dan menyebar ke kampus-kampus di seluruh negeri.

Sumber: Reuters

Baca juga: PM Thailand divonis tidak bersalah atas kasus di militer

Baca juga: Partai oposisi terbesar Thailand minta PM Prayuth Chan-ocha mundur

Baca juga: PM Thailand ancam gunakan seluruh aturan hukum untuk jerat demonstran


 

Puluhan ribu demonstran tuntut reformasi monarki kerajaan Thailand

Penerjemah: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021