London (ANTARA) - Paket stimulus besar-besaran pascapandemi sebagian besar gagal mendukung tindakan mengatasi perubahan iklim atau menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati, tetapi jumlah pengeluaran hijau perlahan-lahan meningkat, menurut sebuah penelitian.yang diterbitkan pada Jumat.

Para pendukung tindakan cepat untuk memangkas emisi yang memanaskan planet melihat paket tersebut sebagai peluang sekali dalam satu generasi untuk berinvestasi pada skala yang diperlukan untuk menghasilkan pergeseran ke ekonomi rendah karbon untuk menghindari bencana pemanasan global.

Dari total 14,9 triliun dolar ( Rp210 kuadriliun) pengeluaran stimulus yang diumumkan secara global sejak pandemi dimulai, sejauh ini 1,8 triliun dolar (Rp25,2 kuadriliun) digunakan untuk mengurangi dampak dari sektor-sektor pencemar seperti energi, transportasi, industri, pertanian dan limbah, menurut laporan itu.

Namun, langkah negara-negara termasuk Amerika Serikat, Kanada, Cina, Jepang dan lainnya untuk mendukung sektor-sektor seperti energi terbarukan, kendaraan listrik atau penghijauan menunjukkan pemulihan menjadi lebih hijau, kata studi oleh lembaga pemikiran Vivid Economics and Finance for Biodiversity itu.

"Kami melihat momentum membangun menuju paket stimulus yang lebih hijau, tetapi jalan masih panjang," kata Jeffrey Beyer, seorang ekonom di Vivid Economics dan salah satu penulis laporan itu, yang dikenal sebagai Greenness of Stimulus Index, kepada Reuters.

Meskipun pengeluaran AS sejauh ini berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya, langkah Presiden Joe Biden untuk bertindak terkait perubahan iklim dan perlindungan lingkungan sejak menjabat pada Januari secara tajam meningkatkan peringkat negara itu.

Peringkat Kanada juga naik setelah pemerintah mengumumkan berbagai investasi hijau di berbagai sektor termasuk efisiensi energi dan restorasi ekosistem.

Jepang menduduki peringkat negara stimulus hijau teratas di Asia setelah mengadopsi langkah-langkah yang dirancang untuk meningkatkan energi dan transportasi yang lebih bersih, meskipun kenaikannya sebanding dengan dukungan berkelanjutan negara itu untuk bahan bakar fosil.

Skor China, juga terbebani oleh dukungannya untuk industri berat, meningkat karena rencana perluasan tenaga angin dan surya.

Baca juga: Luhut tegaskan langkah Indonesia dukung ekonomi hijau
Baca juga: Kerajaan Inggris dukung Papua-Papua Barat kembangkan ekonomi hijau


Sumber: Reuters

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021