Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis dan hipnoterapis, Liza Marielly Djaprie M.Psi, CH menyarankan masyarakat untuk mengenali gejala dari burn out atau kelelahan fisik dan psikis, kemudian bisa mengatasinya agar tidak memicu pada gangguan yang lebih serius.

Liza dalam bincang-bincang yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis, menjelaskan gejala dari burn out bisa terjadi pada fisik, emosi, bahkan bisa berdampak pada perilaku seseorang.

Baca juga: Pandemi yang menimbulkan kelelahan emosi

Baca juga: Jalan-jalan di alam bantu Anda tetap waras selama pandemi COVID-19


Burn out merupakan kondisi kelelahan secara fisik dan psikis yang dialami oleh seseorang dikarenakan beban tanggung jawab yang menumpuk dan tak berkesudahan. Burn out bukan merupakan gangguan psikologis, namun hanya sebagai suatu keadaan yang dapat memicu gangguan kesehatan jiwa maupun psikis.

"Gejala fisik misalnya menjadi sakit-sakitan, imunitas jadi menurun. Biasanya yang dikeluhkan antara sakit kepala, sakit perut, atau nyeri tulang," kata Liza.

Selain itu, gejala burn out secara emosi menjadikan seseorang meledak-ledak dalam mengungkapkan perasaannya. Biasanya seseorang mudah marah dan juga bisa menangis secara tiba-tiba. "Kalau dari sisi perilaku biasanya menarik diri, mengisolasi diri, kehilangan minat, bakat, dan hobinya tidak mau dilakukan lagi," kata dia.

Liza mengatakan penting untuk mengetahui dan menyadari bahwa seseorang sedang mengalami burn out. Jika sudah mengetahui bahwa diri sendiri atau orang dekat mengalami gejala seperti itu, sangat disarankan untuk menenangkan diri atau meminta bantuan pada orang lain untuk melepaskan beban-beban tersebut.

Dia menyebutkan cara mengatasi burn out bagi setiap orang berbeda-beda tergantung dengan keperibadian masing-masing. "Berbeda-beda tipe orang. Ada orang yang butuh benar-benar sendiri, ada yang butuh ditemani, ada yang senangnya dielus-elus, atau olahraga mungkin," kata Liza.

Baca juga: Psikolog: religiusitas tak berkaitan dengan kesehatan mental

Jika burn out yang dialami sudah sangat kronik disarankan untuk berkunjung ke tenaga profesional untuk mendapatkan konseling ataupun terapi. "Kalau sudah ada gangguan tidur, mau tidak mau harus ada intervensi medis juga, salah satu yang bisa kita lakukan ada yang namanya self hypnosis," kata Liza.

Self hypnosis pada intinya adalah membuat diri merasa tenang dan rileks untuk melepaskan beban-beban yang dialami dan menyebabkan burn out. Selanjutnya, seseorang melakukan sugesti maupun afirmasi positif pada dirinya sendiri untuk mengatasi burn out tersebut.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021