...bencana longsor sering terjadi di wilayah Kebumen....karena adanya penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukan.
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberikan enam rekomendasi untuk mitigasi longsor di Desa Pejagoan dan Desa Kedungwinangun, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Jumat, enam rekomendasi tersebut adalah masyarakat terdampak bencana diimbau segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Masyarakat yang berada atau tinggal dekat lokasi bencana perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor susulan atau mengungsi sementara ke lokasi yang lebih aman, terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama.

Baca juga: Banjir-longsor terjang Kebumen dan Cilacap-Jateng, warga mengungsi

Rekomendasi berikutnya adalah pengelolaan dan pengaturan drainase dimulai dari pemukiman; mengurangi kemiringan tebing sungai; penyelamatan tebing sungai dengan bronjong; serta mengurangi arus turbulensi.

"Merujuk pada aspek geohidrologi dan geoteknik, gerakan air tanah ditambah adanya tanah jenuh air juga menjadi faktor pemicu bencana longsor di lokasi bencana,” kata Ketua Tim Tanggap Bencana Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) LIPI Sueno Winduhutomo.

Enam rekomendasi tersebut berdasarkan hasil pengkajian tanggap bencana gerakan tanah atau longsor yang terjadi di Desa Pejagoan dan Desa Kedungwinangun, Kabupaten Kebumen dari November 2020 hingga Januari 2021.

Baca juga: Beberapa wilayah di Kebumen dilanda banjir dan longsor

Kajian itu dilakukan oleh peneliti Geoteknologi LIPI dan teknisi penelitian dan perekayasaan (Litkayasa) yang bertugas di Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung LIPI, bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait lainnya di Kabupaten Kebumen.

Hasil kajian telah disampaikan dalam Rapat Koordinasi di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen, Rabu (3/2). Kajian dilakukan berdasarkan aspek geologi, geohidrologi, geoteknik, dan sondir untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya longsor dan peluang mitigasinya.

Sueno yang merupakan peneliti Geoteknologi LIPI itu mengatakan bencana longsor sering terjadi di wilayah Kebumen, terutama di daerah dengan lereng curam pada musim hujan, karena adanya penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukan lahan yang seharusnya.

Baca juga: Kendaraan jalur Banjarnegara-Kebumen terganggu longsor

Ia menuturkan secara geologis, lokasi longsor tersebut masuk ke dalam jenis tanah aluvium (Qa), atau jenis tanah yang terdiri dari lapisan lempung, pasir, kerikil, dan krakal hasil dari pengendapan sungai yang berumur 10 ribu tahun (holosen) dan masih aktif hingga sekarang (resen).

Di bawah tanah aluvium tersebut, terdapat Formasi Halang sebagai lapisan terdekat di lokasi kejadian. Formasi Halang merupakan susunan batu pasir, batu gamping, napal dan tuf (batu putih) dengan sisipan breksi.

Susunan tanah tersebut merupakan lapisan batuan muda, sehingga mudah terkena erosi air.

Baca juga: Tim SAR cari korban longsor Kebumen
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021