Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengatakan program SMK-D2 Jalur Cepat memadukan dua sistem, yakni Jepang dan Jerman.

“Program ini memadukan dua sistem, yakni Jepang dan Jerman, kalau di Jepang itu SMK lamanya lima tahun. Jadi, kita jadikan 4,5 tahun hingga D2," ujar Wikan dalam taklimat media secara daring di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kemendikbud dorong program diploma tiga menjadi sarjana terapan

Baca juga: Menhub : kurikulum vokasi harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar


Program yang berlangsung selama 4,5 tahun atau sembilan semester tersebut terdiri dari enam semester jenjang SMK dan tiga semester untuk jenjang D2. Pada program jalur cepat tersebut, dua semester siswa wajib magang di industri.

Program SMK-D2 Jalur Cepat tersebut bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang bersifat teknik.

Wikan juga mendorong agar program diploma tiga atau D3 ditingkatkan menjadi diploma empat (D4) atau sarjana terapan. Upaya meningkatkan jenjang diploma tiga ke jenjang sarjana terapan itu bertujuan untuk mendapatkan input yang baik. Selama ini, program diploma tiga hanya dilirik oleh calon mahasiswa yang gagal masuk program sarjana.

Program peningkatan D3 menjadi D4 tersebut, kata Wikan, tidak wajib. Semua keputusan ditentukan oleh pimpinan unit pendidikan itu sendiri.

Perbedaan antara sarjana terapan dengan sarjana akademis adalah lebih banyak pada praktik, yang mana program studi sarjana terapan 60 persen adalah praktik dan 40 persen teori. Beda dengan sarjana akademis yang lebih banyak teori.

“Pada tahun ini, kami fokus pada link and match dengan konsep delapan plus satu (8 plus 1), kita mengutamakan kualitas yang bertujuan untuk menghasilkan output dan dampak signifikan," tuturnya.

Baca juga: Nadiem: Siswa pendidikan vokasi harus jadi pembelajar sepanjang hayat

Baca juga: Kemendikbud target 400 prodi vokasi "link and match" dengan industri


Selain itu, seluruh dana hibah dan bantuan untuk SMK maupun perguruan tinggi vokasi hanya diperuntukkan bagi unit pendidikan yang pemimpinnya bagus dan memiliki karakter. Oleh karena itu, pada tahun ini, pihaknya juga fokus pada pelatihan dan peningkatan kapasitas kepala sekolah maupun direktur perguruan tinggi vokasi.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021