Surabaya (ANTARA) - National Hospital Surabaya memperkenalkan inovasi pemeriksaan tes "Polymerase Chain Reaction" (PCR) terbaru, yakni berbasis air liur atau disebut PCR Saliva Based Testing.

"Layanan PCR Saliva ini dijalankan dengan mesin PCR biasa, hanya saja sampel yang dipakai adalah air liur, sehingga tidak memerlukan lagi sampel lendir dari tenggorokan dan hidung," ujar CEO National Hospital, Adj. Prof. Hananiel Prakasya Widjaya di Surabaya, Selasa.

Baca juga: Menko Luhut tinjau lab tes PCR mobile buatan anak bangsa

Baca juga: Sebanyak 5,8 juta orang di Indonesia telah lakukan uji PCR


Menurut dia, dengan inovasi yang baru ini akan memudahkan masyarakat untuk melalukan tes PCR, terutama bagi anak-anak, karena pengambilan sampel tidak sakit.

"Berdasarkan beberapa penelitian sensitivitas pemeriksaan PCR dengan saliva ini juga lebih akurat dari PCR yang mengambil sampel dari nasofaring (hidung) ataupun orofaring (tenggorokan)," ucapnya.

Dia menjelaskan sebelum melakukan pemeriksaan PCR berbasis saliva ini diwajibkan untuk berpuasa makan dan minum selama satu jam.

"Tujuannya agar saliva yang dikeluarkan benar-benar saliva murni tanpa terkontaminasi dengan bahan kimia lainnya," katanya.

Untuk pelaksanaan PCR berbasis air liur, pertama-tama petugas akan memberikan edukasi bagaimana cara menampung saliva yang dikeluarkan.

Petugas akan memberikan dua alat, yakni corong menampung air liur dan tabung yang berisi cairan khusus untuk dicampurkan ke air liur.

Setelahnya, kata dia, untuk pengambilan sampel diharuskan masuk ke bilik khusus yang disediakan dan ditampung dalam corong sebanyak 1 mililiter.

Bila sudah tertampung, lanjut dia, air liur tersebut dicampurkan dengan cairan khusus yang diberikan dalam satu wadah, kemudian dikocok, dan sampel tersebut diserahkan kembali ke petugas.

Hasil pemeriksaan saliva ini bisa diperoleh dalam kurun waktu 1x24 jam atau paling cepat enam jam.

Hananiel memberikan tips agar produksi air liur menjadi baik saat melakukan tes dikarenakan sejumlah orang kesulitan memproduksi air liur.

Baca juga: Pemalsuan hasil PCR, Bamsoet: Beri tanda khusus cegah dipalsu

Baca juga: Keluarga pemalsu hasil "PCR" serahkan proses hukum ke Polda Metro


"Satu, yang jelas tidak boleh kekurangan cairan, kalau dehidrasi pasti berkurang air liurnya. Diusahakan sering bicara, karena kalau sering bicara akan lebih mudah mengeluarkan air liur," katanya.

"Masyarakat bisa melakukan layanan tes PCR Saliva ini bisa dengan biaya Rp850 ribu," tuturnya.

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021