Jakarta (ANTARA) -
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan pandemi COVID-19 dapat dijadikan momentum untuk menciptakan peta jalan atau "road map" kedaulatan pangan di Tanah Air.
 
Hasto mengatakan hal itu saat menjadi pembicara utama dalam webinar "Strategi Ketahanan Pangan Sulawesi Selatan di Masa Pandemi COVID-19", yang turut dihadiri Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Senin.
 
Menurut Hasto dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin, dalam membangun kedaulatan pangan ini harus dimulai dengan kebijakan politik pangan yang benar.
 
"Di dalam membangun kedaulatan pangan, itu harus dimulai dengan politik pangan yang benar, politik pangan yang mengabdi bertujuan dalam bernegara, politik pangan yang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, politik pangan yang untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia agar kita tak perlu impor lagi maupun politik pangan sebagai benteng kedaulatan ekonomi," katanya.

Baca juga: Hasto: PDI Perjuangan tumbuhkan kebanggaan atas tradisi nusantara
 
Hasto menegaskan, kader PDIP perlu mendorong daya tarik masyarakat dan para ahli untuk bergerak di sektor pertanian. Dia mengingatkan apa yang disampaikan oleh pendiri bangsa Bung Karno.
 
"Apa yang disampaikan oleh Bung Karno bahwa sektor pangan menyangkut hidup matinya negeri. Karena itulah jangan malu bagi kader-kader PDI Perjuangan membangun profesi di bidang pertanian. Jangan malu untuk menjadi seorang petani, tetapi seorang petani yang mempunyai visi untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan dan peningkatan produksi pangan ini," katanya.
 
Dia berharap segala upaya seperti memberikan intensif kepada para peneliti dan anak bangsa untuk mengembangkan teknologi bagi perkembangan sektor pangan, dimulai dari pembenihan bibit unggul, intensifikasi pertanian, manufaktur alat-alat produksi pascapanen dan lainnya.
 
Oleh karena itu, lanjut dia, semuanya harus mendukung upaya Presiden Jokowi dalam hal mengembangkan "food estate".
 
"'Food estate' ini penuh mekanisasi pertanian. Di mana akan dikembangkan dari ketela pohon untuk menjadi produk substitusi dari gandum yang selama ini kita bergantung kepada gandum tersebut," tutur Hasto.

Baca juga: Presiden puji gerakan tanam pohon oleh kader PDIP se-Indonesia
 
Dia juga meminta agar semua kader PDIP bisa mengembangkan terus sektor pertanian terlebih Sulsel yang dilimpahi komoditas unggul yang luar biasa.
 
"Ini yang harus kita kembangkan sebaik-baiknya. Kalau kita berfokus kepada apa yang kita punya ini akan membangun kedaulatan kita," katanya.
 
Dalam kesempatan itu, Hasto juga mengingatkan kembali arahan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang terus mencanangkan gerakan menanam tanaman yang bisa dimakan di tengah pandemi COVID-19..
 
"Mari kita gunakan setiap jengkal lahan yang tidak dipakai untuk gerakan bercocok tanam. Jangan pernah merasa malu untuk menjadi petani. Kita harus terus wujudkan politik pangan berdikari. Kita terus berdayakan petani, sebab merekalah pemilik negeri”, katanya.
 
Sementara itu, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyambut baik usulan Hasto tersebut karena tekanan pandemi COVID-19 ini memang memengaruhi segala sektor.
 
Bahkan pada awal pandemi, ekonomi sempat terpuruk. Namun, Sulsel bisa bangkit perekonomiannya, terutama di sektor pangan. Hal ini menandakan sektor pangan menjadi kekuatan ekonomi di wilayahnya.

Baca juga: PDIP gelorakan kemandirian pangan di tengah pandemi COVID-19
 
"Alhamdullilah di kuartal III perekonomian Sulawesi Selatan bisa tumbuh positif bahkan di atas rata-rata nasional itu mencapai 8,18 persen. Ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian, ketahanan pangan yang menjadi kebutuhan utama yang menjadi kekuatan ekonomi Sulawesi Selatan," kata Nurdin.
 
Oleh karena itu, dalam membuat kebijakan pangan di Sulsel, pihaknya selain memerhatikan apa yang menjadi komoditas ekspor, juga ingin mengembalikan kejayaan komoditas unggulan.
 
"Mengembalikan kejayaan beberapa komoditas unggulan yang menjadi ikon Sulawesi Selatan seperti udang windu, jeruk keprok, kakao," kata Nurdin.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2021