New York (ANTARA) - Nilai tukar dolar AS sedikit menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena ledakan volatilitas di pasar saham dunia mengurangi minat investor terhadap mata uang berisiko meskipun memberikan hasil lebih tinggi.

Kekhawatiran atas waktu dan ukuran stimulus fiskal tambahan AS sempat membuat indeks utama saham AS satu persen lebih rendah sebelum pulih menjadi diperdagangkan sedikit berubah pada hari kemarin.

Pergerakan tajam di pasar saham memperburuk selera pedagang valas atas risiko, kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto.

"Mata uang beta tinggi -- mata uang yang sangat berkorelasi dengan pasar ekuitas dan selera risiko global -- jatuh selaras dengan indeks ekuitas," kata Schamotta.

Sentimen pasar berubah lebih berhati-hati pada akhir pekan lalu, ketika data ekonomi Eropa menunjukkan bahwa pembatasan penguncian untuk menahan penyebaran virus corona mengganggu aktivitas bisnis.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,19 persen menjadi 90,396, setelah naik setinggi 90,523, terkuat sejak 20 Januari.

Euro melemah sekitar 0,28 persen terhadap dolar. Sentimen bisnis Jerman merosot ke tingkat terendah enam bulan pada Januari karena gelombang kedua COVID-19 menghentikan pemulihan di ekonomi terbesar Eropa, yang akan stagnan pada kuartal pertama, kata lembaga ekonomi Ifo pada Senin (25/1/2021).

Dolar Australia - dilihat sebagai proksi likuid untuk risiko - turun 0,16 persen terhadap dolar.

Saham-saham AS telah mencapai level tertinggi baru dalam beberapa sesi belakangan ini bahkan ketika kekhawatiran tentang ekonomi yang dilanda pandemi tetap ada. Investor mencoba mengukur apakah pejabat di pemerintahan Presiden AS Joe Biden dapat mencegah kekhawatiran Partai Republik bahwa proposal bantuan pandemi senilai 1,9 triliun dolar AS itu terlalu mahal.

Terlepas dari rebound dolar baru-baru ini - indeks dolar naik sekitar 1,3 persen sejak awal Januari - analis memperkirakan penurunan dolar yang luas selama 2021. Posisi spekulatif bersih jangka pendek pada dolar meningkat ke yang terbesar dalam 10 tahun dalam seminggu hingga 19 Januari, menurut data mingguan berjangka dari CFTC yang dirilis pada Jumat (22/1/2021).

Federal Reserve AS akan bertemu pada Selasa waktu setempat dan Rabu (27/1/2021) dan Ketua Fed Jerome Powell diperkirakan memberi sinyal bahwa dia tidak memiliki rencana untuk menghentikan stimulus besar-besaran The Fed dalam waktu dekat, berita yang dapat mendorong dolar turun lebih jauh.

Sterling menguat pada Senin (25/1/2021) terhadap euro yang lebih lemah karena peluncuran vaksin COVID-19 Inggris selama akhir pekan menawarkan dukungan untuk mata uang Inggris.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,2139 dolar AS dari 1,2166 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,3663 dolar AS dari 1,3681 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7703 dolar AS dari 0,7717 dolar AS.

Dolar AS dibeli 103,79 yen Jepang, lebih rendah dari 103,83 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,8881 franc Swiss dari 0,8860 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2749 dolar Kanada dari 1,2728 dolar Kanada.

Baca juga: Dolar menguat setelah tiga hari jatuh karena sentimen risiko berkurang
Baca juga: Dolar stabil setelah tiga hari turun, PMI dalam fokus
Baca juga: Dolar jatuh, sentimen risiko naik karena optimisme pemerintahan Biden

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021