Kenaikan tingkat imbal hasil obligasi jangka yang lebih panjang ini merefleksikan optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi dan kenaikan tingkat inflasi AS
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi terkoreksi, dipicu kembali naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

Pada pukul 9.51 WIB, rupiah melemah 26 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp14.026 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.000 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terlihat menguat kembali sejak kemarin.

Baca juga: Dolar jatuh 3 hari beruntun, investor cari imbal hasil lebih tinggi

"Kenaikan tingkat imbal hasil obligasi jangka yang lebih panjang ini merefleksikan optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi dan kenaikan tingkat inflasi AS," ujar Ariston.

Menurut Ariston, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi tersebut mendorong kembali penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS karena hal tersebut hari ini.

Di sisi lain, lanjut Ariston, pelemahan rupiah mungkin terbatas karena ekspektasi stimulus besar AS yang meningkatkan minat pasar terhadap aset berisiko.

Baca juga: IHSG berpotensi tertekan di akhir pekan, seiring koreksi bursa Asia

"Dari Tanah Air, kemarin Bank Indonesia juga menyatakan optimismenya bahwa aliran dana asing ke Indonesia akan meningkat seiring dengan prospek pemulihan ekonomi," kata Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.980 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS.

Pada Kamis (21/1) lalu, rupiah ditutup menguat 35 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp14.000 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.035 per dolar AS.

Baca juga: BI perkirakan modal asing melonjak tahun ini, capai 19,1 miliar dolar
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021