Jakarta (ANTARA) - Berawal dari ketidaksiapan para guru dalam menghadapi pembelajaran daring akibat pandemi COVID-19, Galih Suci Pratama, seorang guru SD di Kota Semarang, berinisiatif untuk membuat pelatihan yang diperuntukkan bagi para guru.

Pelatihan pertama yang digelar pada April 2020 tersebut, Galih dan teman-temannya melatih guru untuk bisa memanfaatkan teknologi dalam praktik pendidikan jarak jauh (PJJ).

Teknologi yang digunakan pun yang bisa dijangkau oleh guru, seperti sistem manajemen pembelajaran atau LMS dengan menggunakan Google Classroom, materi pembelajaran dengan menggunakan Sway, untuk soal menggunakan Google Form dan untuk telekonferensi menggunakan Google Meet atau Zoom.

Akan tetapi, pendidikan jarak jauh bukanlah semata-mata satu arah atau dengan kata lain hanya menjejali siswa dengan materi dan soal-soal. Kondisi itu diprotes para siswa karena guru belum bisa memberikan pembelajaran daring secara baik.

“Pada Juli kami melakukan evaluasi, hasilnya guru sudah bisa membuat soal. Tapi banyak siswa mengeluhkan soal-soal yang diberikan guru melalui Google Form. Dari situ, kami menyadari bahwa guru belum bisa menghadirkan pembelajaran daring yang baik,” ujar Galih, saat dihubungi dari Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dari persoalan itu, ia dan rekan-rekannya sesama guru berpikir bagaimana agar pembelajaran daring berjalan efektif dan tidak membosankan.

Ia mengakui keluhan siswa selama PJJ berlangsung adalah banyaknya soal yang dibebankan guru pada siswa. Alih-alih membuat siswa semangat, kondisi itu justru membuat siswa semakin jenuh dengan pembelajaran daring.

​​Galih kemudian berupaya membuat pelantar atau platform baru pembelajaran daring, yakni dengan memanfaatkan Youtube. Penggunaan Youtube tersebut dengan sejumlah pertimbangan, yakni siswa dan orang tua sudah akrab dengan aplikasi itu dan bisa digunakan sewaktu-waktu.

Poin terakhir, lanjut Galih, sangat penting karena berdasarkan evaluasinya, ada sebagian siswa yang tidak memiliki gawai sendiri. Ada yang menggunakan gawai milik orang tua dan ada yang harus menunggu orang tuanya pulang kerja untuk belajar.

Dari analisis itu, Galih membuat pelatihan bagi guru yang bertujuan untuk membuat konten Youtube.

“Yang kami latih pada pelatihan kedua, yakni analisis kurikulum dan materi, dan alat-alat yang digunakan untuk membuat video pembelajaran yang baik, hingga bagaimana standar video pembelajaran yang baik sesuai standar Kemendikbud,” kata Galih yang merupakan Guru SD Sekaran 2 Semarang itu.

Melalui pelatihan itu, pihaknya menggerakkan guru-guru muda di setiap kecamatan untuk membuat konten pada saluran Youtube Pembelajaran SD Kota Semarang. Materi pembelajaran terdiri dari materi pembelajaran tematik dari kelas satu hingga kelas enam, dan materi pembelajaran nontematik.

Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada pindahnya pembelajaran dari sekolah ke rumah, tetapi juga membuat para guru berkolaborasi dalam menghadirkan pembelajaran yang baik bagi siswa.

Guru-guru yang memiliki potensi dalam menghadirkan pembelajaran daring yang baik, diarahkan untuk membantu guru-guru yang kesulitan dengan teknologi serta kemampuan pedagogi sibernya yang minim.

“Selain gotong royong, prinsip kedua adalah amal jariyah, karena saat kita menolong orang lain maka itu suatu kebaikan dan juga ketika yang dibantu juga memunculkan satu kebaikan dan diamalkan, maka itu juga amal bagi kita,” ujar dia.

 

Berikan beasiswa

Hingga saat ini, saluran tersebut sudah mengunggah sebanyak 579 video dengan jumlah subcriber mencapai 39.700 akun. Inisiatif yang digagas oleh Galih tersebut diapresiasi banyak pihak dan materi pembelajarannya digunakan sekolah lainnya, tidak hanya di Tanah Air, tetapi juga di luar negeri seperti Kinabalu, Malaysia dan Filipina.

Rata-rata setiap konten pembelajaran ditonton sebanyak 3.000 hingga 4.000 orang. Tak hanya ditonton secara langsung, konten pembelajaran itu juga dapat diunduh dan disebarluaskan.

Bahkan saluran Youtube tersebut juga sudah menghasilkan pundi-pundi yang dimanfaatkannya untuk memberikan beasiswa pada siswa SD yang orang tuanya terdampak pandemi COVID-19.

“Saat ini jumlahnya masih puluhan siswa, kami berharap jumlah siswa yang diberikan beasiswa semakin banyak,” ucap Galih.

Ke depan, lanjut dia, pihaknya mengembangkan pembelajaran berbasis android yang dapat memuat pembelajaran secara terintegrasi, mulai dari video, soal, hingga telekonferensi.

Galih menargetkan aplikasi tersebut dapat selesai pada awal Januari dan bisa dimanfaatkan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.

Meski demikian, Galih mengingatkan bahwa kesuksesan pembelajaran daring bukan hanya terletak pada kemampuan guru semata, melainkan juga perhatian dari orang tua dalam mendampingi anaknya belajar.

“Orang tua memerankan peranan kunci. Semaksimal apapun usaha guru dalam menghadirkan pembelajaran terbaik, tapi pada akhirnya saat PJJ adalah perhatian orang tua terhadap pembelajaran anak,” kata dia.

Sejumlah upaya juga dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam membantu agar PJJ terselenggara dengan baik.

Upaya itu mulai dari program Belajar dari Rumah (BDR) yang disiarkan di TVRI, relaksasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk PJJ, hingga program inovatif, yakni pemberian bantuan kuota internet bagi siswa, mahasiswa, guru, dan dosen.

Apa yang dilakukan Galih tersebut mendapat ganjaran penghargaan 11th SATU Indonesia Awards 2020 yang diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk. Penghargaan tersebut pada Oktober lalu.

Galih mendapatkan penghargaan kategori khusus atas kiprahnya berjibaku melawan pandemi COVID-19 terutama dalam merangkul guru dan memajukan kualitas pembelajaran, bersama dengan empat penerima lainnya.

Astra juga memberikan penghargaan pada enam penerima 11th SATU Indonesia Awards 2020.

Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro berharap SATU Indonesia Awards dapat melahirkan banyak “intan-intan bangsa‟ yang dapat memancarkan cahaya positif generasi muda untuk menjadi inspirasi bagi masyarakat luas dan bergerak bersama menerangkan masa depan Indonesia.

Setiap penerima apresiasi 11th SATU Indonesia Awards 2020 mendapatkan dana pembinaan Rp60 juta dan pembinaan kegiatan yang dapat dikolaborasikan dengan kontribusi sosial berkelanjutan Astra seperti Kampung Berseri Astra dan Desa Sejahtera Astra.

Selain kesebelas penerima apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat nasional, juga ditetapkan 81 penerima apresiasi tingkat provinsi, sehingga jumlah penerima apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat nasional dan provinsi secara keseluruhan mencapai 70 dan 327 orang pada tahun ini.

Juga terpilih salah satu finalis favorit dari 23 finalis, yaitu I Gede Merta Yoga Pratama "Pelacak Ikan Berbasis Navigasi" (bidang Teknologi – Bali). Pemilihan dilakukan melalui voting yang telah diadakan tanggal 5 hingga 11 Oktober 2020 melalui www.satu- Indonesia.com/sia2020vote. Untuk penerima finalis favorit terpilih berhak mendapatkan dana pembinaan tambahan sebesar Rp10 juta.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020