Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University Prof Nuri Andarwulan mengatakan tidak benar bila ada yang menyebutkan minyak kelapa mengandung racun karena tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan kandungan lemak jenuh tinggi dapat menyebabkan racun.

"Minyak kelapa disebut jenuh, betul. Bila total angka lengkap dijumlahkan maka akan menghasilkan angka 90 persen jenuh. Namun, kualitas dan profil asam lemaknya berbeda dengan hewani," kata Nuri melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.

Baca juga: Antara kopra dan sopi di Negeri Nuruwe

Nuri mengatakan mayoritas kandungan asam lemak pada minyak kelapa 55 persen hingga 70 persen merupakan asam lemak rantai sedang. Sedangkan lemak jenuh yang terdapat pada hewani seluruhnya adalah rantai lemak panjang.

Pernyataan Nuri itu untuk menanggapi informasi viral tentang pernyataan Guru Besar Universitas Harvard Amerika Serikat Prof Karin Michels yang menyebutkan minyak kelapa merupakan salah satu makanan terburuk dan layaknya minum racun bagi kesehatan.

Baca juga: 21 ton kopra putih diekspor ke India di tengah pelonggaran "lockdown"

Karin menyebutkan kandungan lemak jenuh pada minyak kelapa mencapai lebih dari 80 persen, lebih banyak daripada lemak babi. Asam lemak yang terkandung pada minyak kelapa juga berbahaya untuk kesehatan jantung karena meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Nuri menilai informasi yang viral tersebut merupakan pernyataan yang tidak utuh dan tidak lengkap.

Baca juga: Buton Utara ekspor perdana kopra putih ke China

"Bila minyak kelapa dikatakan lebih jahat dari minyak babi, maka seharusnya kandungan asam palmitat dan asam stearatnya lebih dominan. Namun, asam palmitat dan asam stearat pada minyak kelapa lebih rendah," tuturnya.

Menurut Nuri, asam lemah rantai sedang dan asam lemak rantai panjang berbeda. Karena itu, perlu dilihat profilnya terlebih dahulu. Pada kelompok asam lemak rantai sedang sepertiganya akan dibakar, sepertiganya menjadi rantai panjang, dan sepertiga lainnya menjadi trigliserida.

Asam lemak rantai panjang yang terdapat pada produk hewani, bisa dipastikan semuanya akan menjadi kolesterol.

"Sehingga kandungan asam lemah minyak kelapa tidak bisa disamakan dengan asam lemak yang terdapat pada minyak babi. Hal itu sudah terbukti secara ilmiah," jelasnya.

Nuri mengatakan minyak kelapa memiliki keistimewaan karena mengandung asam laurat yang dapat berguna sebagai antivirus dan antibakteri. Hal itu tidak dimiliki oleh produk lainnya.

Selain itu, monolaurin pada minyak kelapa bisa diserap tubuh sebagai antimikroba sehingga dapat menjaga kesehatan tubuh untuk menangkal bakteri jahat. Hal itu sudah dibuktikan banyak studi, bahkan dalam beberapa studi disebutkan minyak kelapa menjadi terapi bagi pasien HIV karena mengandung antivirus.

"Menanggapi pernyataan saintifik perlu referensi ilmiah atau bukti ilmiah. Banyak bukti ilmiah yang bisa dipublikasikan terkait hal ini. IPB University siap dengan referensi ilmiah yang disajikan dengan opini ilmiah," katanya.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020