Bandung (ANTARA) - Auliya Fajriyati, finalis asal Riau, sukses menjadi pemenang Putri Hijab Indonesia 2020 menyisihkan 49 finalis lainnya dari 17 provinsi pada Grand Final Putri Hijab Indonesia Tahun 2020 yang digelar di Kota Bandung, Jawa Barat.

Auliya Fajriyanti, Sabtu, mengaku kaget dan bersyukur atas pencapaiannya tersebut karena bagi dirinya menjadi finalis dalam ajang ini juga sebuah kebanggaan tersendiri.

Baca juga: Warna bumi jadi primadona untuk tren kerudung

Baca juga: Buttonscarves buka toko internasional perdana di Malaysia


Dalam Grand Final Putri Hijab Indonesia 2020 tersebut ke-49 Putri Hijab dari 17 provinsi tampil dengan busana hijabnya yang glamour, yang merupakan rancangan dari Albis Group sebagai trend setter model busana muslimah di Indonesia sejak lama.

“Alhamdulillah akhirnya momen yang ditunggu-tunggu ini yakni puncak dari event Grand Final Putri Hijab Indonesia 2020. Semoga ini menjadi kegiatan yang berkah,” kata Moesye Indri, salah satu desainer Albis Group yang mendukung ajang Grand Final Putri Hijab Indonesia.

Indri mengatakan ajang Putri Hijab Indonesia 2020 telah menjalani serangkaian proses yang cukup panjang yang tahapannya dimulai pada saat Indonesia belum dilanda pandemi COVID-19.

Akan tetapi, kata Indri, Albis Group bersama Putri Hijab Indonesia tak kenal menyerah ketika perjalanan acara ini terdampak pandemi COVID-19 sejak masa awal 2020 lalu.

Baca juga: Panduan memakai kerudung yang sesuai bentuk wajah

Baca juga: Pilih-pilih bahan ciput yang sesuai, spandex atau rajut?


“Perjalanan Putri Hijab Indonesia 2020 ini prosesnya jauh jauh sebelum pandemi ya sebetulnya, tapi semuanya harus running well, semuanya harus berjalan, dan akhirnya kita sampai di titik ini,” ujar Indri.

Menurut dia terselenggaranya ajang tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Albis Group dengan Putri Hijab Indonesia, yang sudah berjalan sejak tiga tahun lalu.

Namun pada gelaran sebelumnya masih dalam lingkup provinsi, yang diawali di kepulauan Sumatera.

“Sebelumnya Putri Hijab Sumatera, tapi karena melihat antusiasnya masyarakat yang dahsyat akhirnya saya berpikir kenapa ini tidak diambil ke Indonesia. Tadinya mau diadakan di Jakarta, tapi melihat kondisi yang tidak memungkinkan, mungkin Bandung bisa lebih hangat,” kata Indri.

Menurutnya, memasuki industry 4.0 ini jika tidak bisa berkolaborasi, maka tidak akan menghasilkan karya yang spekta.

“Kami di Albis Group kakak beradik, kakak saya yang keempat Mami Santi, dan kakak yang kelima Mimi Mia, jangankan bersinergi dengan orang lain, dengan keluarga saja Alhamdulillah selama 22 tahun ini bisa berkolaborasi,” kata Indri.

Ia berharap ajang Putri Hijab Indonesia akan menjadi wahana untuk menyampaikan syiar agama, khusunya bagi kaum hawa untuk senantiasa melindungi kehormatannya dengan berhijab.

Putri Hijab Indonesia 2020 ini, kata dia, rencana awalnya akan diikuti 53 peserta, tetapi empat peserta terkendala ketika memasuki babak grand final yang akhirnya terpaksa tidak bisa hadir.

Sementara itu CEO Putri Hijab Indonesia, Lidya Agustin mengatakan, seluruh finalis mengenakan busana muslimah dari Albis Group, karena fashion busana yang berbasis di Bandung ini dinilainya sangat sesuai dengan konsep Putri Hijab Indonesia.

"Albis itu memang fokus terhahadap fashion hijab, dan juga memang fashion busananya yang glamour. Jadi sangat tepat dan menarik kalau Albis yang me-support untuk event Putri Hijab Indonesia ini," kata Lidya.

Lidya mengatakan, tahapan grand final tersebut digelar selama tiga hari, dari proses pembekalan peserta selama masa karantina hingga penampilan di puncak tahapan Grand Final.


Baca juga: Busana Muslim Anniesa Hasibuan di New York Fashion Week

Baca juga: Seperti apa busana muslimah syar'i yang trendi?

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020