Kearifan lokal banyak sekali di tengah masyarakat
Jayapura (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyatakan penanaman karakter bangsa (Pancasila) bisa ditemukan dalam kearifan lokal yang ada di lingkungan sekolah.

Pengamat pendidikan James Modouw kepada Antara di Jayapura, Jumat, mengatakan kearifan lokal bisa diangkat menjadi bagian dalam pengamalan terhadap Pancasila termasuk di Papua.

"Kearifan lokal banyak sekali yang ada di tengah masyarakat, seperti tolong menolong, gotong royong hingga menjaga kelestarian lingkungan sekitar di mana hal tersebut biasanya relevan atau masuk dengan nilai-nilai Pancasila," katanya yang juga merupakan salah satu tokoh pendidikan di Papua.

Menurut James, semua merupakan sarana yang disiapkan menuju ke arah pembangunan karakter bangsa, misalnya sekolah satu atap di Papua bisa menjadi sarana kearifan lokal karena konteks lokasi yang sangat berjauhan dan dikumpulkan pada satu tempat supaya dibina bersama dengan nilai-nilai lokal kemudian bisa berkembang.

"Tetapi hal lain dalam kesiapan sekolah dalam mengembangkannya, sejak reformasi kurikulum sudah bergerak dari arah berbasis kompetensi di mana tidak hanya mengejar disiplin ilmu saja," ujarnya.

Baca juga: Pembelajaran saat pandemi di Papua mesti kedepankan penguatan karakter

Baca juga: Kemenag: Guru madrasah perkuat pendidikan karakter di era teknologi


Dia menjelaskan ada tiga komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi tersebut, satu di dalamnya adalah karakter yang terbagi menjadi beberapa bagian yakni spiritual, sosial dan pengetahuan itu sendiri.

"Ada juga kemampuan untuk berpikir kritis, nalar dan lain sebagainya, jadi kemampuan yang sifatnya penalaran tinggi di mana karakter sendiri sudah masuk dalam cara belajar yang ada di dalam sekolah dan guru sudah tahu cara menjabarkannya," katanya lagi.

Dia menambahkan guru akan menggunakan wacana sebuah ilmu atau pengetahuan yang mau dipelajari tapi di belakangnya akan diselipkan pembelajaran karakter seperti apa misalnya mencintai lingkungannya, berketuhanan, tidak boleh egois, mau bekerja sama dengan orang lain, di mana karakter tersebut akan terkait di dalamnya dan dari itu juga akan dibangun kemampuan bernalar tinggi, berinovasi serta berkreasi akan terbangun dengan sendirinya.

"Misal dari sikap kepala suku, pengalaman kepemimpinannya dapat menjadi contoh dan sarana guru untuk mengembangkan serta menanamkan karakter kebangsaan (Pancasila) pada siswa," ujarnya lagi.

Baca juga: Akademisi: Kolaborasi guru-orang tua penting dalam penguatan karakter

Baca juga: Pembelajaran daring bukan alasan abaikan penguatan karakter

Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020