kurang memungkinkan untuk pertumbuhan jamur yang membutuhkan suhu udara antara 16-24 derajat selsius dengan kelembapan 60-70 persen.
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Empat mahasiswa lintas program studi di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membuat alat yang memudahkan para petani dalam menyiram jamur tiram, yakni dengan merancang alat otomatis.

"Awalnya kami mendengar permasalahan dan keluhan secara langsung dari para petani jamur tiram di desa saya di Karangagung, Tuban. Seperti area pesisir pada umumnya, Desa Karangagung memiliki suhu relatif tinggi hingga 34 derajat selsius dengan kelembaban 50-80 persen," kata Lutfi Aish, salah satu perancang alat siram otomatis tersebut di Malang, Jumat.

Hal ini, lanjut Lutfi, kurang memungkinkan untuk pertumbuhan jamur yang membutuhkan suhu udara antara 16-24 derajat selsius dengan kelembapan 60-70 persen.

Suhu dan kelembapan yang tidak sesuai tersebut menyebabkan baglog jamur banyak mengalami kerusakan, sehingga mempengaruhi penghasilan petani.

Dari 1000 baglog, kerusakan yang terjadi bisa mencapai 200 baglog setiap 6 bulan. Kerusahan ini mempengaruhi pendapatan petani jamur, karena mengalami kerugian.
Baca juga: Mahasiswa UMM rancang alat olahraga untuk penyandang tuna daksa

Selain mempengaruhi pendapatan mitra, kondisi desa tersebut juga menyebabkan suhu dan kelembaban pada kumbung jamur milik mitra tidak stabil, sehingga mitra harus melakukan penyiraman manual 5-6 kali sehari agar kondisi kumbung jamur tetap pada suhu dan kelembaban optimal, namun cara itu menghabiskan waktu dan tenaga

Setelah berdiskusi dengan rekan-rekannya dan dibimbing dosen Nur Hayatin, S.ST, M.Kom, mereka menggagas sebuah rancangan alat optimalisasi suhu dan kelembaban untuk membantu petani jamur tiram dengan menggandeng mitra Muhammad Anwar, salah satu petani jamur tiram Desa Karangagung yang memiliki permasalahan.

Rancangan alat menggunakan microcontroller arduino dengan menggunakan kabel jumper untuk menghubungkan sensor kelembaban, relay dan sensor suhu DHT yang dapat disatukan di dalam board. Alat ini diletakkan pada kumbung mitra yang berukuran 4x8x3m berkapasitas 1000 baglog.

Alat ini akan bekerja apabila suhu dan kelembapan rumah jamur tidak sesuai. Air akan dipompa menuju pipa air. Sprayer akan mengeluarkan kabut pada pipa bagian atas dan bagian bawah.

Apabila suhu dan kelembapan telah optimal, sprayer akan otomatis berhenti dan LCD display menampilkan suhu dan kelembaban yang kembali optimal. "Rancangan alat ini sudah sesuai dengan kondisi mitra. Selain itu, pengaplikasiannya mudah dan ketahanan alat yang cukup lama, yakni sekitar 2-3 tahun," katanya.
Baca juga: "Master", robot pemroses sampah karya mahasiswa UMM

Selain itu, lanjutnya, harganya tergolong murah dibandingkan dengan alat yang sejenis. Dari hasil evaluasi, mitra memberi tanggapan positif terhadap desain alat dan berharap alat dapat diimplementasikan di rumah jamur.

“Rancangan alat ini sudah didemokan kepada mitra kami dan mitra memberikan feedback positif. Setelah kegiatan berlangsung, mitra diharapkan dapat menerapkan alat secara mandiri dan dapat memberikan wawasan serta informasi mengenai alat kepada petani jamur lain di desa tersebut," tutur Lutfi.

Desainer alat sekaligus mitra petani jamur tiram, Muhammad Anwar mengatakan alat ini dapat diimplementasikan untuk membantu permasalahan mitra terkait pengendalian suhu dan kelembapan dalam kumbung jamur secara otomatis.

Alat otomatis penyiram jamur tiram itu menjadi salah satu dari delapan tim UMM yang lolos ajang Pekan Ilmiah Nasional dalam skema PKM-T (Program Kreatifitas Mahasiswa-Teknologi).

Lutfi Aish bersama dua rekannya dari Informatika M Fikri Azhar dan Amarul Akbar, juga berkolaborasi dengan rekan lintas bidang, yakni Safira Rikza Charira, mahasiswa Teknologi Pangan angkatan 2018.

Mereka memberi solusi bagi permasalahan yang dialami petani jamur tiram dengan alat penyiram otomatis.
Baca juga: Mahasiswa UMM rancang aplikasi penguatan karakter berbasis keluarga
Baca juga: Mahasiswa UMM buat aplikasi Citra untuk pembelajaran Bahasa Indonesia

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020