sosialisasi tidak boleh berhenti begitu saja apapun yang terjadi
Jakarta (ANTARA) - Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati mengatakan bahwa semua pihak harus konsisten terus melakukan sosialisasi protokol kesehatan agar masyarakat semakin ketat melakukan menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker (3M).

"Bicara soal sosialisasi kita tidak boleh berhenti begitu saja apapun yang terjadi," kata Devie Rahmawati ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Sabtu.

Hal itu penting dilakukan untuk memberikan pengertian bahwa pandemi COVID-19 masih berlangsung sampai sekarang, dan sejauh ini satu-satunya cara untuk mencegah penularannya adalah dengan melakukan 3M secara ketat.

Menurut akademisi di Program Vokasi UI itu, dalam studi dilakukan timnya di awal pandemi terjadi di Indonesia pada Maret 2020 terjadi kecenderungan masyarakat menghindari informasi COVID-19 karena rasa takut akan penyakit yang menyerang pernapasan itu.

Tapi, menurut studi yang belum dipublikasi itu memasuki tujuh bulan masa pandemi dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah, kegigihan pemerintah dibantu berbagai pihak seperti media dan gerakan sipil membuat masyarakat akhirnya mulai sadar akan keberadaan COVID-19 di tengah gempuran hoaks soal penyakit itu.

"Memang diperlukan konsistensi, tidak peduli apapun yang terjadi dan isu-isu besar apapun," kata Direktur Kemahasiswaan UI itu.

Baca juga: Saat pandemi COVID-29, UI beri edukasi layanan kesehatan mental

Baca juga: WHO: Tak ada waktu berpuas diri terhadap COVID meski ada kabar vaksin

Menanggapi masih ada segmen masyarakat yang percaya tidak mungkin tidak tertular COVID-19, Devie mengatakan dalam berbagai perubahan sosial memang ada terkadang ada beberapa persen segmen masyarakat yang tidak mengikuti perubahan yang ada.

Namun, lebih banyak masyarakat yang mengikuti ketentuan seperti yang dilakukan sebagian besar masyarakat dengan adaptasi kebiasaan baru menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

"Terlepas dari kondisi apapun, gempuran berita hoaks yang luar biasa, upaya untuk terus menyosialisasikan (protokol kesehatan) tetap menjadi sesuatu yang tidak boleh kita kendurkan semangatnya," tegas Devie.

Sebelumnya, dalam survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 90.967 orang pada 7-14 September 2020 menemukan bahwa terdapat 17 persen responden yang yakin tidak mungkin atau sangat tidak mungkin tertular COVID-19.
#satgascovid19
#ingatpesanibupakaimasker

Baca juga: Sekolah alam beri edukasi jelang sekolah tatap muka di tengah pandemi

Baca juga: Komnas KIPI jelaskan mitos-fakta terhadap vaksin

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020